Selasa, 12 Juli 2011

[Fanfic] Noona, Saranghae!

Noona, Saranghae!
.
Presented by Maki Kisaragi
.
Pairing :: Kyumin
.
Genre :: Romance gaje
.
Rate :: T
.
Warning :: Genderswitch, gaje, gak mutu, lebay, abal, typo disana-sini, EYD yang tidak sesuai kaidah Bahasa Indonesia, DON'T LIKE DON'T READ!
.
Disclaimer :: Fic ini milik Maki Kisaragi!
.
Sebuah fic gaje dari seorang author newbie yang super lebay, buah dari pikiran (ga waras) Maki yang lagi bĂȘte banget ngerjain serangkaian tugas yang menerjang bagaikan topan badai. Akhirnya terciptalah sebuah fic gaje yang di tulis karena iseng yang kwalitasnya benar-benar diragukan. Selamat membaca! Tapi harap jangan sumpahi saya jika kalian merasakan efek samping seperti gatal-gatal dan mulas setelah membaca ff ini.

.
.
Aku Lee Sungmin. Remaja SMA biasa yang memiliki keluarga dan teman-teman yang menyayangiku dan juga kusayangi. Hidupku sempurna. Ya! Sangat sempurna, jika saja tidak ada seorang bocah aneh yang kekanak-kanakan yang setiap saat selalu menyatakan cinta padaku. Aishh... Benar-benar membuat jengkel.

Sekarang saja aku harus berjalan mengendap-ngendap demi menghindari bocah itu. Kenapa kelas 3 harus berada di ujung koridor kelas 1 sih?! Ck!
Aku terus mengendap-ngendap sampai saat ini aku tepat berada di samping pintu kelasnya. Kuintip sedikit ke dalam kelas. Yes! Bagus! Dia sedang dikerubungi para gadis teman sekelasnya yang sepertinya sangat tergila-gila padanya. Oh! Ayolah! Memangnya apa sih yang bagus dari bocah tengik berwajah setan yang sangat kekanak-kanakan itu.
Memang sih dia tampan, tinggi, pintar, jago olahraga, bersuara indah, jago main musik, ramah walaupun sering tersenyum evil... Ya, bisa dikatakan dia itu tipe prince charming yang bisa membuat gadis jatuh cinta hanya dengan melihatnya sekilas.
Eh! Tunggu dulu! Kenapa aku jadi memujinya sih! Cih! 5 menit lagi aku telat masuk kelas.
Aku melirik ke arahnya sekilas sebelum berlari ke kelasku. Wajahnya terlihat bete. Khekhekhe... Rasakan kau! Itulah akibatnya kalau kau terus-terusan menggangguku. Terima saja karmamu. Hahaha.
Eh! Gawat! Dia melihat ke arahku. Aish! Kenapa dia langsung menyeringai seperti itu sih? Firasat buruk. Ayo kabur Lee Sungmin!

Belum sempat aku kabur, sebuah tangan kuat menahan lenganku.

"Pagi, Noona," sapanya sambil tersenyum manis.

"Pagi, Kyu. Lepaskan tanganku. Sebentar lagi aku akan telat masuk kelas." Aku berusaha melepaskan lenganku dari genggamannya. Tapi tidak bisa. Cih! Kenapa bocah ini kuat sekali sih?!

"Noona, saranghae... Jadi pacarku ya."
Yak! Akhirnya dia menyebutkan kalimat terlarang itu lagi. Memangnya dia tidak bosan ya, selalu mengulang kalimat itu setiap bertemu denganku. Di sekolah, di rumah, di tempat manapun tanpa melihat situasi dan kondisi. Dasar bocah tidak peka! Aku bosan tahu!

Aish! Belum lagi para penggemarnya yang memelototiku dengan pandangan membunuh. Apa dia tidak mendengar lenguhan kecewa dari para fans-nya itu setiap kali dia menyatakan cinta padaku di tempat umum seperti ini? Atau jangan-jangan dia memang tidak peduli lagi? Haah... Dilihat dari sifatnya sih, sepertinya pilihan kedua yang lebih benar.

Aku memberikan seulas senyuman manis padanya. "Aku tidak mau jadi pacarmu. Sudah ya, Kyu. Bye!" Aku melepaskan tanganku dari cekalan tangannya yang mulai melonggar. Dengan tersenyum aku melambai-lambaikan tanganku padanya sambil berlari sekuat tenaga menuju kelasku. Ah, tahap pertama sukses. Masuk kelas dengan selamat. Mission complete!
.
.
.
Jam istirahat siang yang tenang. Ya. Sebenarnya tenang jika tidak ada wajah kekanak-kanakan yang sangat tampan sedang memperhatikan acara makanku sambil sesekali menyeka sudut bibirku dengan saputangannya saat ada makanan yang belepotan.
Di luar kelas, segerombolan gadis sedang memperhatikan kami dengan sorot mata menghakimiku. Padahal aku sudah sengaja tidak ke kantin dan membawa bekal dari rumah agar tidak bertemu dengan bocah setan ini. Tapi kenapa dia malah ikut-ikutan makan siang di kelasku sih?! Aaaarrggghhh! Aku benar - benar bisa gila!

Lagi-lagi kami jadi pusat perhatian karena tingkahnya yang aneh ini. Bukan kami sih sebenarnya, lebih tepatnya... Dia! Yupz! Si bocah aneh inilah yang jadi pusat perhatian semua orang.
Oh... Tuhan... Sebenarnya apa salahku di masa lalu sampai Kau mengutus iblis tampan ini untuk mengganggu kehidupan remajaku yang damai. Mau menangis pun aku sudah tidak bisa. Huhuhu T^T
Dari luar jendela kelas, mulai terdengar bisik-bisik para penggemar Kyuhyun.

"Psst... Lihat! Lihat! Kyuhyun menyuapinya makanan! Ukh... Pangeranku yang tampan sudah di rebut oleh sunbae itu. Huhuhu..." komentar salah seorang gadis yang sepertinya teman sekelas Kyuhyun.

"Benar! Enak saja dia merebut pangeran kita dengan wajah tanpa dosa seperti itu. Huh! Tapi dia memang manis sih, jadi ya... Mau bagaimana lagi. Hiks..." gadis lainnya menimpali. Sepertinya yang ini murid kelas dua.

"Lagipula Kyuhyun yang selalu menempel padanya. Jadinya kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi kan. Huweee..." yang ini tanggapan kecewa dari gadis yang berdiri paling ujung. Dari lambang seragamnya, sepertinya dia seangkatan denganku. Kelas 3.

Oh... Gagal sudah acara makan siangku yang damai. Huhuhu T^T tahap kedua, mission failed!
.
.
.
Pulang sekolah. Rasanya tidak akan damai karena sekarang si bocah tampan berkulit seputih salju itu sudah berdiri menungguku di depan pintu kelasku. Suara riuh rendah para gadis penggemarnya di kelasku mulai terdengar heboh begitu melihat sosoknya yang berdiri bersandar di tembok sambil menyilangkan kakinya dengan malas. Terlihat begitu keren dan elegan tapi tetap berkesan santai. Haah... Terima nasibmu Lee Sungmin. Selamanya kau tidak akan bisa tenang. Pulang sekolah yang damai? tahap ketiga, mission failed!
Aku melangkah keluar kelas dengan langkah gontai.

"Noona, aku pulang bersamamu ya. Hari ini aku akan makan siang di rumahmu lagi. tadi eomma meneleponku. Katanya, dia masak makanan kesukaanku," celotehnya riang sambil berjalan di sampingku. Ia meraih tanganku dan menggenggamnya dengan lembut.

Aku melihat tanganku yang di genggamnya. Rasanya hangat. Tanpa sadar seulas senyum tersungging di bibirku. Yah, sepertinya tidak buruk juga kalau terus-terusan bersama bocah ini. Anggap saja punya adik tambahan. Hihi... Benar juga! Lagipula dia kan memang teman adikku. Si mochi brengsek yang sudah membawanya ke dalam hidupku. Sialnya, seluruh anggota keluargaku pun sangat menyukainya. Ayah, ibu, kakek, nenek, semuanya menyukai si pangeran iblis yang mengacaukan kehidupanku ini.
Ayah bilang kalau dia anak yang baik dan pintar. Teman yang asyik untuk bertanding game. Ibu bilang bahwa dia bocah tampan yang manis yang suka memakan setiap masakan yang ibu buatkan untuknya, makanya ibu sangat menyayanginya.

'Lagipula dia hanya tinggal sendirian di apartement itu Minnie-yah. Tak ada yang memasakkan makanan sehat untuknya, jadi biarkan saja dia makan di sini. Daripada dia membeli fastfood. Itu kan tidak sehat, Minnie,' begitu kata ibu.

Kakek bilang dia cucu yang sangat asyik buat di ajak main catur bersama, jadinya kakek juga sangat menyayanginya. Nenek bilang kalau dia itu cucu tampan yang hebat, saat mengantarkan nenek ke klinik untuk cek bulanan semua orang di klinik memuji nenek hebat karena bisa punya cucu setampan dan sebaik dia.
Sementara si mochi tengik itu? Huh! Jangan ditanya, dia yang paling merasa diuntungkan karena secara tidak langsung Kyu sudah menggantikan semua tugasnya, jadinya dia bisa santai - santai seharian bermain dengan biolanya.
Tinggalah aku dengan semua kemalangan di usia remaja yang seharusnya menyenangkan tapi malah berubah jadi buruk karena seorang tetangga kaya yang tinggal di apartement mewah yang tampan dan digilai banyak gadis sekarang malah lebih sering berada di rumahku seharian bahkan kadang sampai menginap demi bertanding game dengan ayah. Dan yang lebih parahnya lagi...

SETIAP SAAT DIA SELALU MENYATAKAN CINTA PADAKU TANPA BOSAN SEDIKITPUN WALAUPUN SUDAH DI TOLAK BERKALI-KALI!
Owh... Masa mudaku yang indah... Pupuslah sudah... T^T
.
.
.
Hari ini seperti biasanya, aku makan siang di kelas bersama teman-temanku.

"Minnie, memangnya kau tidak mau menerima Kyuhyun-ah. Dia kan sempurna, kenapa tidak jadian saja sih? Lagipula kau kan sudah mengenalnya sejak SMP..." saran teman baikku, Wookie.

"Karena dia terlalu sempurna makanya rasanya jadi aneh. Yang ada nanti aku malah mati perlahan-lahan karena diteror oleh semua fans-nya yang sangat mengerikan itu. Lagipula karena sudah kenal dari kecil, perasaanku padanya jadi tidak ada bedanya dengan perasaanku pada Henry. Aku menyayanginya seperti seorang adik," jelasku yang hanya di balas oleh anggukan paham dari Wookie.

"Tapi kan sayang sekali Minnie... Kalau aku belum jadian dengan Donghae, mungkin aku juga akan jatuh cinta padanya," yang ini komentar aneh dari Hyukkie, sahabatku dan Wookie. Gadis periang yang aneh dan hiperaktif, sangat cocok dengan pacarnya yang tak kalah hiperaktif di banding dia.

"Kau ini! Sudah punya pacar setampan Donghae masih juga bicara begitu. Ck!" Kupukul kepalanya dengan sendokku. Dia hanya meringis lalu mulai cengengesan tak jelas.

Tba-tiba sepasang lengan kokoh memeluk leherku dari belakang. Harum aroma strawberry yang menguar dari helaian rambut halusnya membuatku langsung bisa menebak siapa yang dengan lancang sudah memelukku ini. Cho Kyuhyun, si bocah setan tampan!

"Ya... Noona... Seharusnya kau dengarkan nasihat teman-temanmu itu. Pacaran denganku ya? Saranghae, Noona..." Dia mengeratkan pelukannya padaku lalu mengecup pipiku dengan perlahan. Bibirnya yang menempel di pipiku terasa begitu lembut dan hangat. Membuatku tanpa sadar memejamkan mataku dan menikmati sentuhannya di pipiku.

"Ehem! Ehem!" Wookie pura - pura tersedak. Aku terkaget dan segera membuka mataku. Dengan cepat kujauhkan bibir Kyuhyun dari pipiku dan melepaskan pelukannya dengan paksa.
Oh tidak! Aku malu sekali! Hyaaaa! Pasti sekarang wajahku sudah merona merah. Kupegang pipiku dengan kedua tanganku. Benar kan! Pipiku terasa panas. Awas kau Cho Kyuhyun!

"Kalau malu seperti ini kau jadi semakin cantik, Noona. Hehe..." Kyuhyun terkekeh dan membelai kedua sisi pipiku yang memerah.
Bocah ini membuatku benar - benar kesal. Sudah cukup! Kesabaranku sudah habis!
Kutepis dengan kasar kedua tangannya yang masih membelai pipiku. " Sudah cukup, Cho Kyuhyun!" bentakku marah.

"Aku benar-benar sudah muak denganmu! Pergi dari hidupku dan jangan pernah menggangguku lagi! Arasseo!" Aku berteriak marah sambil menuding wajahnya dengan telunjukku.
Dia terperangah kaget. Matanya terlihat begitu terluka. Perlahan ekspressi wajahnya menjadi dingin dan mengeras. Dia berbalik dan meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Minnie, kau keterlaluan!" Wookie menatapku tajam lalu berjalan keluar kelas.

"Iya, Minnie. Itu tadi terlalu kasar. Dia terlihat begitu shock," komentar Hyukkie sambil berlalu menyusul Wookie.

Haah... Lihatlah! Bahkan semua teman baikku pun membelanya dan lebih peduli pada perasaannya dibandingkan perasaanku. Kau sukses menghancurkan hidupku, Cho Kyuhyun!
.
.
.
Akhirnya hari-hari tenang dalam hidupku datang juga. Sekarang Kyuhyun tak pernah lagi menggangguku sejak aku membentaknya beberapa hari yang lalu. Tapi kenapa rasanya begitu aneh?
Ada semacam perasaan kosong yang terasa sangat asing memenuhi dadaku. Seperti sebuah lubang kosong di hati. Ya. Lubang kosong yang dulu di tempati oleh Kyuhyun, dan begitu dia pergi, secara otomatis ada tempat yang terasa kosong di hatiku. Tempatnya. Tempat yang begitu istimewa.

Tanpa kusadari setetes air menetes di tanganku. Aku meraba pipiku. Oh! Apa ini? Aku menangis!
Padahal aku tak pernah menangis sebelumnya. Masalah seberat apapun tak kan bisa membuatku menangis. Tapi kenapa sekarang aku bisa menangis semudah ini hanya karena seorang Cho Kyuhyun yang tiba-tiba menghilang dari hidupku? Apa aku merindukannya?

Aku mencoba berpikir dan merasakannya dengan hatiku. Kutemukan jawabannya! Benar! Aku merindukan bocah itu!
Aku harus menemuinya. Harus! Dengan cepat aku berlari menuju kelasnya. Namun dia tidak ada.

"Mochi, dimana Kyuhyun?" tanyaku pada adikku, Henry.

"Ya! Noona! Berhenti memanggilku seperti itu!" serunya jengkel. "Biasanya jam segini dia ada di taman belakang sekolah bersama dengan Ahra noona."

"Ahra? Siapa itu?" tanyaku menyelidik. Tapi Henry hanya menggendikkan bahunya tak peduli. " Seorang noona cantik pindahan dari luar negeri," jawabnya asal.

Ahra? Senior cantik? Pindahan dari luar negeri? Apa maksudnya ini?
Jadi karena ini dia tak pernah menggangguku lagi. Akh! Pikiranku kacau!
Dengan terburu-buru aku berlari menuju taman belakang sekolah. Hatiku terasa benar-benar panas saat melihat bocah evil itu sedang berbaring manja di atas paha seorang gadis. Gadis itu membelai lembut rambut Kyuhyun. Pasti itu gadis yang bernama Ahra. Cantik juga. Pantas saja Kyuhyun begitu mudah melupakanku dan berpaling padanya.

Tapi tidak semudah itu Cho Kyuhyun! Jangan harap bisa lepas dariku dengan mudah! Setelah seenaknya masuk dalam hidupku, menyedot semua perhatian seluruh keluarga dan teman-temanku, mengacaukan perasaanku, sekarang kau ingin pergi begitu saja? Heh! Jangan harap Cho Kyuhyun! Kau adalah milikku! Dan selamanya hanya akan jadi milikku! Milikku!
.
.
.
Esoknya, aku mencegat Ahra yang baru saja keluar dari toilet. Tepat di koridor belakang sekolah yang sepi.

"Hei kau! Menjauhlah dari Kyuhyun! Dia milikku!" hardikku sambil berkacak pinggang di depannya.
Seulas senyum evil tersungging di bibirnya. Senyum yang mirip dengan seseorang. Tapi siapa ya?

"Heh! Milikmu? Bangun dari mimpimu nona muda! Kyuhyun itu milikku!" sentaknya tak kalah sengit. Aish! Gadis ini benar-benar membuatku kesal.

"Jangan sombong hanya karena bisa sedikit martial art," timpalnya lagi sambil menyeringai.
Apa katanya? Sedikit? AKU INI MASTER MARTIAL ART, GADIS BODOH!
Oke! Cukup! Sekarang aku benar-benar kesal!

"Kau boleh mencobanya jika kau mau, gadis gila," Aku berujar dingin sambil maju selangkah ke arahnya.

"Dengan senang hati, gadis tengik!" Dia mulai memasang kuda-kuda.

Dengan gerakan cepat aku langsung menerjang ke arahnya. Melepaskan beberapa pukulan yang berhasil dihindarinya dengan mudah. Heh! lumayan juga.

Bugkh! Satu pukulanku kena telak di pipi halusnya. Jangan salahkan aku karena kau sendiri yang memintanya.
Dia bangkit berdiri dan segera melayangkan pukulan balik ke arahku, namun sebuah teriakan keras menghentikan gerakannya.

"Ya! Noona! Apa-apaan kalian, hah!"

Serempak kami menoleh ke asal suara. Oh tidak! Kyuhyun!
Kyuhyun berjalan ke arah gadis gila itu dengan terburu-buru. "Noona, bibirmu berdarah! Gwenchanayo?" tanyanya cemas dan mengusap luka di bibir gadis tengik itu dengan saputangannya.

Oh! Baiklah! Sejak kapan seorang Cho Kyuhyun memanggil seniornya dengan sebutan 'noona'? Padahal selama ini cuma aku yang dipanggil 'noona' olehnya.
Heh! Jadi hanya segini saja perasaan cinta yang selalu kau ucapkan padaku setiap saat itu, Cho Kyuhyun? Dasar bocah playboy sialan! Ternyata kau memang tak pernah serius padaku. Sialan! Sialan! Cho Kyuhyun sialan!

Aku segera berbalik dan melangkah menjauh dari si bocah playboy dan si gadis gila. Tapi sebuah tangan halus menggenggam lenganku hingga aku terpaksa menghentikan langkahku.

"Noona, kau menangis?" tanyanya lembut dengan nada khawatir, lalu membalikkan tubuhku agar berbalik menghadapnya. Kyuhyun mengusap airmataku yang terus meleleh tanpa bisa kutahan dengan kedua tangannya.

"Berhenti memperhatikanku seperti ini, jika kau bisa dengan begitu mudahnya berpaling padanya! Dasar bocah playboy tengik! Jangan pernah pedulikan aku lagi, Cho Kyuhyun!" aku menyentakkan tangannya yang membelai pipiku hingga tangan itu terlepas dengan kasar.

"Eeeh? Sebenarnya kau ini bicara apa, Noona? Apanya yang berpaling? Dia itu noona kandungku, Cho Ahra."

Eh? Noona kandung? Aigoo... Pantas saja aku merasa kalau senyumnya itu mirip seseorang. Benar juga! Senyuman mereka benar-benar mirip. Sama-sama evil! =_=;)

Tapi tapi tapi...

DEG!

Hyaaaaa! Bagaimana iniiiiii? Aku maluuuuuuuuu! Huhuhu T^T Sudah seenaknya salahpaham dan menghajar orang sembarangan... Huweeee TT_TT Bodohnya kau Lee Sungmin!

"Ini semua gara-gara si mochi jelek itu! Masa' dia menelepon Ahra noona hanya karena alasan khawatir padaku. Katanya beberapa hari ini aku jadi seperti mayat hidup karena tak bisa bertemu denganmu. Lalu seenaknya merampas ponselku dan bicara yang tidak - tidak pada Ahra noona ditelepon. Benar-benar berlebihan!" Kyuhyun mendengus kesal dan berbalik menghadap noona-nya.

"Noona juga! Apa-apaan sih pake pindah sekolah segala! Bertengkar dengan Sungmin-ku lagi. Aishh! Aku ini sudah dewasa, Noona! Biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri!" katanya kesal sambil berkacak pinggang di depan noona-nya. Ekspressi kesalnya itu benar-benar manis. Aiih...

Aduh! Apa tadi yang kupikirkan? Manis? BOCAH SETAN INI MANIS? Oh tidak! Kau mulai gila Lee Sungmin. Sepertinya aku sudah benar- benar jatuh cinta padanya.
Owh... Masa remajaku yang indah... Kacau sudah... TT^TT

"Apanya yang berlebihan! Saat aku datang ke Korea kau memang terlihat seperti mayat hidup, kok! Pucat pasi dan tidak punya nafsu makan. Setiap hari selalu melamun di taman belakang sekolah. Ekspressi menerawang dan seperti orang yang tidak punya semangat hidup. Wajar saja kalau mochi khawatir padamu. Dia itu sahabat yang baik, tahu!" Ahra ikut-ikutan berkacak pinggang.

"Lagipula aku sengaja kok bertengkar dengan Sungmin. Aku hanya ingin lihat seberapa serius dia padamu. Tapi sepertinya aku bisa tenang karena dia bahkan menyebutmu sebagai 'miliknya'. HUAHAHAHAHAHA!" tawa Ahra meledak seperti tawa Yakuza.

Aigoo! Kakak beradik setan yang sedang berkumpul itu ternyata menyeramkan ya... -_-')
Setelah menyelesaikan tawa setannya itu, Ahra segera berbalik meninggalkan aku dan Kyuhyun berdua. "Tenang saja, Kyu! Aku akan kembali ke Amerika. Sisanya kuserahkan padamu!" teriaknya keras lalu menghilang di sudut koridor.
Kyuhyun memegang pundakku dengan lembut dan menatap mataku dalam. Sorot matanya sangat serius tapi begitu menenangkan. Baru kali ini aku melihatnya yang seperti ini. Jauh dari kesan kekanak-kanakan yang selama ini menjadi image-nya dimataku.

"Noona..." panggilnya lembut. "Apa benar semua yang dikatakan oleh noona-ku tadi? Benarkah kau bilang kalau aku ini milikmu?"

Aduuuh... Bagaimana ini? Aku maluuuuuuuu...
Kuputuskan untuk diam dan menunduk saja. Aku tak tahu harus menjawab apa. Wajahku terasa panas, detak jantungku berpacu jauh lebih cepat dari biasanya, dan ada sensasi geli di perutku. Seperti ada kumpulan kupu-kupu yang terbang di dalamnya.

Kyuhyun mengangkat wajahku dengan jemari panjangnya. Jemari lembut itu menyusuri wajahku dengan perlahan, membuat jantungku semakin berdebar kencang tak beraturan. Matanya terus fokus menatap mataku. Memenjarakanku dalam manik hitam kelamnya yang begitu indah.

"Saranghae, Noona... Neomu saranghae..." bisiknya lalu mengecup lembut pipiku.
Aku memejamkan mataku untuk menikmati setiap sentuhannya di wajahku. Dapat kurasakan tarikan napas hangatnya di sekitar wajahku. Ia menyusuri wajahku dengan ujung hidungnya dan sesekali menggesekkan hidungnya dengan manja.

"Geli, Kyu..." kudorong sedikit wajahnya dariku. Sekarang wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter saja. Harum napasnya menerpa wajahku dan membuat pikiranku jadi kosong.
kyuhyun menempelkan dahinya di dahiku. Tangannya menggenggam erat kedua tanganku. Mengaitkan jari-jemari kami.

"Kau belum menjawabku, Noona..." lirihnya dengan suara seraknya yang seksi.
Omo! Bagaimana ini? Aku menelan ludahku dengan gugup. Ini saatnya. Harus kukatakan atau aku akan menyesal!

"Ne, Kyu... Nado saranghae." Hening. Tiba - tiba tubuh Kyuhyun mematung selama beberapa detik.

Grep!

Kyuhyun memeluk tubuhku dengan sangat erat begitu dia menyudahi acara mematungnya. Memangnya sebegitu sulitnya ya, menerima kenyataan kalau aku juga mencintainya. Aissh! Dasar bocah!

"IYEY! BERHASIL! AKHIRNYA JADI MILIKKU! JADI MILIKKU!" teriaknya senang.
Oh... Rupanya ia terlalu senang ya. Hehe. . Reaksinya lambat sekali.

"Hahahaha... Kau aneh, Kyu. Ayo cepat lepaskan aku! Pelukanmu membuatku sesak tau!"

"Tidak akan kulepaskan sebelum kau menciumku."
Oh tidak! Ternyata selain evil, bocah ini juga mesum. Huhuhu T^T

"Kalau kau tidak mau, biar aku yang menciummu!" Itu kalimat terakhir yang kudengar sampai akhirnya kurasakan bibir lembutnya melumat bibirku dalam.

Kyuhyun mengeratkan pelukannya di pinggangku dan semakin memperdalam ciumannya. Bocah ini benar-benar membuatku gila!
Napas hangatnya, harum tubuhnya, bibir lembutnya, sentuhan ringannya, semuanya membuatku gila! Aku bahkan sama sekali tak bisa menolak saat ia mulai menjilati bibirku dan menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku. Ada sensasi geli dan lembut yang meleleh dalam mulutku.
Panas. Seluruh tubuhku terasa panas dalam dekapannya. Semakin lama Kyuhyun menciumku, semakin bertambah cepat pula debaran jantungku. Rasanya seperti melayang.
Sekarang aku tahu dan benar-benar yakin dengan perasaanku. Jika sekali lagi ia menanyakan perasaanku padanya, maka dengan lantang aku akan mengatakan...
CHO KYUHYUN! SARANGHAE!
.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar