Sabtu, 23 Juli 2011

[Fanfic] Before Yesterday - KyuMin

Title : Before Yesterday

Author : Yuera Akihime

Chapter : 1

Fandom : Super Junior

Pairing : KyuMin | SiMin

Genre : AU | Angst | Drama | Hurt / Comfort

Rating : PG – 15

Disclaimer : I have my own idea... but nothing for both of them... Both of them officially totaly OUT OF REAL CHARA ^^ I made it one..

Warning : Yaoi | Typo(s) | M-Preg | Abal | Geje | Rape / Smut / Lemon | anti klimaks | bahasa ga sesuai EYD | OOC as always [ lol ] | Flashback semau gue wkwkwk XDv

BGM : Without a trace – Pledge [ the GazettE ] | Hoshi no nai yoruni [ Deluhi ] *lagu wajib* xD

Selamat menikmati ~\(^o^)/~

a/n : Italic/bold = in dream world/timeslip

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Ming~ Panggil namaku…”

Aku bosan…

“Saranghae Ming…”

Benar-benar bosan!

“Kau hanya milikku Ming! Lee Sungmin hanya milik Cho Kyuhyun! Ingat itu!”

Aku membencimu!

“Akh~ Kau- enghh~ memang milikku yang terbaik Ming~”

Aku membencimu karena aku tak pernah bisa membencimu!

Aku ingin mati. Mungkin lebih baik kau membunuhku dan aku akan terbebas dari segalanya.

Aku lelah…

.

.

.

“Minnie, Bangunlah…” Sebuah suara berhasil membuat Sungmin menggeliat dalam tidurnya. Tapi namja mungil berwajah aegyo itu sepertinya tak berniat untuk membuka kedua matanya. Sibuk meladeni mimpi buruk yang kini sedang mengunjungi alam bawah sadarnya.

Peluh menetes melalui pori-pori menyusuri pelipisnya. Sesekali Ia mengerang seperti orang yang kesakitan, terengah-engah seakan Ia baru saja berlari jauh. Pemandangan pagi hari yang biasa untuk orang yang membangunkannya.

“Seburuk itukah mimpimu Min?” Pria tampan yang membangunkan Sungmin kini menunduk, mengambil posisi tepat disamping tubuh Sungmin yang masih terlelap.

Dengan sangat hati-hati Ia menarik selimut Pink yang tengah menutupi setengah tubuh namja mungil dihadapannya. Sungmin masih tak bergeming. Erangan masih terdengar sesekali meluncur dari bibir plump-nya.

Pria bertubuh proposional itu tanpa ragu ikut memasukkan tubuhnya kedalam selimut Baby pink Sungmin, dan menutupinya hingga sebatas pinggang.

Kedua lengan kekarnya tanpa ragu menarik tubuh Sungmin mendekat. Memeluknya erat.

Mengaitkannya dengan jari-jari mungil milik Sungmin. Seolah – olah menyalurkan kekuatan kepada pemiliknya.

“Bangun Minnie, Kau ingat kita akan ke taman hari ini? Bukankah kau terus memaksaku untuk pergi liburan? Bangunlah~” Ia terus mengoceh. Meski Ia tahu, hal itu tak lantas dapat membangunkan sang BunnyMin.

Satu hal yang sangat Ia sadari, Sungmin sedang menderita walau dalam keadaan tidur.

Oh, tidak. Dia memang selalu menderita sejak tubuhnya mengalami “perubahan”.

“Min, Bangunlah~ kita juga ada jadwal dengan dokter hari ini.” Namja itu terus mencoba membangunkan Sungmin, membelai wajah manisnya dengan lembut. Sesekali menyelipkan rambut-rambut nakal yang menutupi mata kelincinya yang tengah berteduh dibalik kelopak matanya yang tertutup.

Terlihat jelas kasih sayang yang teramat besar terpancar dari manic kehitamannya yang sedang menatap Sungmin. Tatapannya yang tajam seolah menegaskan bahwa dia mampu melakukan apapun untuk namja mungil dihadapannya kini. Sekedar menjaganya dan memberikan perlindungan bukanlah hal yang sulit. Bahkan Ia rela menukarkan dengan nyawanya jika itu dibutuhkan. Ia hanya terlalu mencintai namja Lee itu.

“Nghh~” Sungmin melenguh pelan saat merasakan sebuah sentuhan lembut membelai pipinya. Kedua mata kelincinya mengerjap lucu mencoba menetralisirkan cahaya yang masuk menerobos melalui jendela. Namja tampan itu tersenyum melihat ke-aegyo-an Sungmin yang tercipta –tanpa sengaja-.

“Selamat pagi Sungminnie~” Bisik namja itu sambil tersenyum. Senyum yang cukup menawan. Bisa dipastikan Ia mampu membuat para yeoja diluar sana bertekuk lutut hanya dengan 1 senyuman itu.

Sesaat Sungmin terdiam. Menatap wajah tampan disampingnya dengan penuh harap.

Entah harapan seperti apa, ia benar-benar sudah lupa. Yang Ia tahu, Ia hanya ingin “melihatnya” setiap kali membuka mata.

Harapan kosong.

Apa boleh terus berharap sesuatu yang tak mungkin?

Apa salah merasa kehilangan sesuatu yang memang tak pernah kau miliki sebelumnya?

Sungmin hanya terlalu naïf. Ia terjerat dalam mitologi percintaan dewa-dewi romawi.

Tersesat dan akhirnya terpuruk sendiri. Berharap Aphrodite mengasihinya. Melepaskan kembali sang cupid, dan memberikannya kehidupan seperti dulu. Mengajarkannya cara mengenal percintaan. Seperti pertemuan sang zeus dan istrinya.

Tapi seingatnya, Ia hanya mampu berharap. Tak lebih. Dia benar-benar sudah lupa segalanya. Kecuali segala perlakuan lembut namja dihadapannya kini.

Sungmin tersenyum. Menatap mata namja tampan dihadapannya dengan tulus. Entah ketulusan seperti apa. Jauh berbeda dengan tatapan tulus yang sering diartikan orang banyak seperti “tatapan orang yang sedang jatuh cinta”.

Tatapan yang menyedihkan.

“Pagi, Siwonnie…”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Bagaimana Hae?” Siwon bertanya antusias pada namja berjubah putih dihadapannya. Seorang dokter kandungan, sepertinya.

“Seperti biasa, kondisi kandungannya normal. Tidak ada masalah sejauh ini. Sungmin-ssi hanya perlu mengkonsumsi banyak buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin C”. Sahut sang dokter yang di tag name nya bertuliskan “Lee Donghae”, sambil menjelaskan hasil tes yang tertulis diselembar kertas ditangannya.

“Syukurlah, Aku sempat khawatir karena Sungmin terus-terusan menolak mengkonsumsi obat yang kau berikan. Dia bahkan hanya menghabiskan seperempat dari makanannya.” Ujar Siwon sambil melemparkan pandangannya kearah Sungmin yang duduk tak jauh dari mereka.

Namja mungil itu menyenderkan tubuhnya pada kusen jendela. Matanya focus menatap kearah taman Rumah Sakit yang memang terlihat jelas dari tempatnya berdiri. Sesekali Ia menyunggingkan senyuman melihat beberapa bocah berumur -sekitar- 5-6 tahun berlari – lari memenuhi taman kecil tersebut. Khas anak-anak, dan Sungmin benar-benar menyukainya.

“Kau suka Minnie?” Sungmin tersentak kaget mendengar seruan lembut di telinganya.

Siwon, kini tersenyum sambil ikut menatap kearah taman. Kedua tangannya sudah melingkar mesra di pinggang Sungmin.

Sungmin hanya diam, tak menolak atau pun membalas semua perlakuan namja kekar di sisinya itu. Ia lalu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Siwon.

“Sebentar lagi, kita juga akan mendapatkan malaikat kecil itu…” Siwon kembali tersenyum. Merengkuh Sungmin semakin erat kedalam pelukannya. Sesekali menciumi pelipis namja aegyo itu.

Sungmin tetap diam. Namun, tak lama tersenyum mengingat kata ‘malaikat kecil’ yang diucapkan Siwon. Ia mencoba membayangkan, sebentar lagi, sekitar 7 bulan lagi malaikat kecil itu akan hadir diantara mereka.

Yah, Sungmin tengah mengandung 2 bulan saat ini. Anaknya dan Siwon, Mungkin.

Mungkin?

Entahlah. Sungmin tak tahu kenapa dia –yang notabene seorang namja- bisa hamil seperti yeoja pada umumnya.

Atau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya?

Yang namja mungil itu ingat hanya saat Ia terbangun, Ia mengalami morning sick yang sangat parah. Dan Ia hanya menemukan Siwon disisinya, yang bahkan saat itu Ia lupa siapa nama namja tampan itu. Atau mungkin tak tahu?

Yang menjadi satu-satunya penjelasan hanya Siwon yang mengatakan bahwa Ia adalah tunangannya. Dan sedang mengandung anaknya (setelah Donghae membantu Siwon menjelaskan - panjang lebar - tentang bagaimana Ia yang seorang namja dapat hamil).

Sungmin tak sanggup berfikir atau mengingat lebih dari itu. Setiap berusaha mencoba mengingat apa yang terjadi, siapa dirinya, atau apapun itu, Ia akan mengalami pusing yang diluar kendalinya.

Sakit, sangat sakit. Seakan ada sebuah godam yang menghantam tengkuknya dan berakhir dengan Ia yang jatuh pingsan.

Amnesia, itu yang dikatakan Siwon padanya.

Dan hal yang paling buruk adalah, setiap malamnya Ia selalu bermimpi. Mimpi yang aneh, tapi terasa begitu nyata. Seakan Ia memang pernah atau sedang mengalaminya langsung.

Yang paling jelas adalah, Bayang-bayang seorang lelaki tampan berambut auburn yang selalu menyentuh dirinya setiap malam, yang berhasil membuatnya gila akhir-akhir ini.

Sungmin tau pasti, itu bukan Siwon. Walaupun setiap malam namja tampan bertubuh kekar itu selalu ada disisinya, tapi Ia yakin, namja itu bukanlah Choi Siwon.

Wajah tampannya, kulit pucat, manic hitam kecoklatan yang selalu memandangnya lekat seolah mengintimidasi, seringainya yang mengerikan tetapi selalu mempesona disaat yang bersamaan, Sungmin merasa Ia begitu mengenal namja dalam mimpinya tersebut.

Entah kenapa, Sungmin merasa sangat membutuhkan sentuhan namja itu untuk mengingatnya dengan jelas.

Tapi sayangnya, Sungmin tak mampu mengingat bahkan hanya sekedar namanya.

Sungmin terus berharap… atau Ia hanya bisa berharap?

“Kita ketaman sekarang?” Pertanyaan Siwon berhasil menyadarkan Sungmin dari lamunannya. Mata kelincinya menatap Siwon yang masih setia terseyum manis untuknya. Dia memang pria tampan yang baik dan murah senyum.

“Aku… Ingin eskrim strawberry.” Sahut Sungmin

Siwon terdiam sesaat. Menatap takjub kearah Sungmin. Tapi tak berlangsung lama karena kemudian Ia kembali tersenyum dan mencium dahi Sungmin sekilas. Ini sungguh mengejutkan sekaligus menyenangkan. Ini kejadian langka, setelah 2 bulan Sungmin mengalami amnesia, namja mungil itu menunjukkan reaksi yang postif. Apalagi meminta sesuatu seperti tadi.

Dulu, Sungmin bahkan sangat jarang untuk bicara. Apalagi merespon perkataannya.

“As your wish, chagiya…”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

Dan disini mereka sekarang. Lotte World.

Siwon menggandeng lengan Sungmin dengan mesra. Namja Choi itu tak kalah antusiasnya dengan Sungmin yang kini menatap penuh binar wahana permainan yang tersaji dihadapannya.

Sungguh hal yang sulit bagi seorang direktur muda sepertinya untuk sekedar mencari hari libur ditengah jadwalnya yang begitu padat. Tapi itu bukan masalah, saat Sungmin sendiri yang memintanya untuk berlibur.

“Kita beli eskrim dulu baru bermain, bagaimana?” Siwon mendudukan Sungmin disebuah bangku yang tak jauh dari mereka berdiri. Namja tampan itu tipe yang sedikit protektif sepertinya.

Sungmin hanya mengangguk mengiyakan, Ia tersenyum saat Siwon mengelus rambutnya gemas.

“Tunggu sebentar, aku akan segera kembali. Jangan kemana-mana, arra?” Siwon berjalan menjauh menuju sebuah toko eskrim, tak jauh dari tempat Sungmin duduk.

Namja tampan itu tampak sibuk memesan pada seorang kasir yang melayaninya. Tak lama Ia melemparkan pandangannya kearah Sungmin, tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Sungmin terkekeh kecil melihat aksi Siwon, namja tampan itu sibuk mengirimi love sign jarak jauh.

Sungguh norak. Siapa yang menyangka direktur perusahaan Choi itu akan berbuat hal sekonyol itu hanya karena seorang Lee Sungmin? But, you must remember it, Love is a silly thing and spontaneity.

Sungmin masih tertawa ringan, hingga pandangannya tanpa sengaja bertumpu pada satu titik. Sesuatu yang sangat familiar, tapi tak dapat diingatnya.

Ia melihat siluet itu, sosok yang sangat dikenalnya. Namja tampan berambut aurburn, yang selalu muncul dimimpinya tiap malam. Menyentuhnya tanpa izin. Namja yang menjadi harapannya.

Ia yakin, walau jarak mereka lebih dari 10 meter, Sungmin sangat yakin.

Manik hitam kecoklatan itu, wajah tampan dengan kulit putih pucatnya, serta senyum yang menyerupai seringai yang selalu hadir mencumbunya tiap malam dalam bunga mimpinya.

Tapi Sungmin yakin, Ia sedang tak bermimpi saat ini.

Sungmin bergetar hebat saat sedetik yang lalu mata mereka bertemu. Hanya sedetik, tapi cukup untuk membuat jiwa Sungmin terguncang. Rasa sakit yang tiba-tiba menyeruak didadanya. Entah kenapa, manic hitam kecoklatan itu berhasil membuatnya terpuruk seketika.

Sungmin merasa Ia tak dapat bertahan saat memandang mata itu. Terlalu menyakitkan, terlalu riskan untuk mengetahui penyebabnya, Sungmin merasa begitu menyedihkan setelahnya.

Namja Aegyo itu hampir terduduk ketanah, andai saja sebuah lengan kekar tak menahan tubuhnya dengan segera. Sungmin merasa nafasnya berat, Ia tersengal-sengal sambil mencengkram kuat dada sebelah kanannya, membuat kemeja blossomnya tertarik kedepan, menjadi sedikit kusut.

“Gwaenchana Minnie-yah?” Siwon terlihat panic hingga hampir menjatuhkan eskrim yang diletakkan sembarangan didekat Sungmin.

Sungmin hanya diam, mencoba menetralisirkan nafasnya yang masih tersengal-sengal. Rasa sakit itu semakin menjalar tanpa bisa ditahan. Tanpa disadari matanya mulai memanas, sesuatu hampir melesak keluar dari pelupuk matanya. Ia hampir menangis.

Sungmin tak pernah merasa sesakit ini. Setidaknya selama Ia dinyatakan amnesia, Ia tak pernah merasa perasaan sekalut ini. Hanya karena sebuah tatapan dari orang yang tak dikenalnya. Atau kenal? Entahlah. Namja mungil itu tak sanggup berfikir lagi.

“Akhh~” Sungmin mengerang saat rasa sakit menyerang perut bagian kirinya. Ia mencoba menekan dengan jari-jarinya. Berusaha mengurangi rasa sakitnya.

“Kau baik-baik saja chagi? Apa sakitnya kambuh lagi?” Siwon mendudukkan Sungmin didepannya. Namja tampan itu sedikit membungkukkan tubuhnya, berusaha memahami kondisi kekasihnya.

Dengan lembut Ia mengelus tangan Sungmin yang menekan perutnya. Berharap dapat membantu mengurangi rasa sakit sang labu manis. Tangan kirinya bergerak menuju dahi Sungmin, menyeka peluh yang menetes membasahi helaian rambut tunangannya itu.

“Kita pulang saja ya? Aku tak ingin hal buruk terjadi padamu. Aku berjanji akan mengajakmu lagi setelah kondisi mu membaik, oke?” Siwon mencoba meyakinkan Sungmin yang masih berkutat dengan rasa sakitnya. Sungmin hanya mengangguk sebagai jawaban.

Namja mungil itu semakin meringis saat sakitnya merambat naik keperut bagian atasnya. Seperti ada sebuah benda yang berputar-putar dan mengaduk isi perutnya.

Ini hal yang biasa terjadi padanya selain morning sick yang cukup parah.

Siwon segera meraih tubuh mungil itu dalam pelukannya. Mengangkatnya dan sesegera mungkin berlari menuju mobilnya. Tak perduli dengan berbagai ‘pandangan aneh’ para pengunjung pada keduanya. Yang Ia fikirkan hanyalah Sungmin-nya. Ya, Sungmin-nya.

Siwon langsung mengeluarkan ponselnya sebelum menyalakan kemudi. Mencoba menghubungi seseorang, dan berhasil setelah kurang dari 2 menit menunggu jawaban.

“Hae, tolong ke rumahku sekarang, kami membutuhkanmu.”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Sudah merasa baikan Sungmin-ssi?” Donghae tersenyum memandang namja mungil dihadapannya yang sedang melahap eskrim strawberry dengan antusias. Perubahan yang signifikan melihat kondisinya tadi siang begitu buruk.

“Padahal bisa langsung sembuh kalau kau mau meminum obatnya.” Sambung Siwon sambil mengelus pipi Sungmin. Sesekali namja kekar itu membersihkan lelehan eskrim yang mengotori sudut-sudut bibir Sungmin.

Namja mungil itu mengernyit, lalu memajukan sedikit bibirnya, membuat ekspresi cemberut yang begitu imut.

“Tapi obat itu pahit, aku tak suka…” Sahutnya.

Siwon dan Donghae hanya tertawa ringan melihat ekspresi Sungmin.

“Kalau begitu aku pamit dulu, kalau ada apa-apa, segera hubungi aku, oke?” Donghae mulai membereskan barang-barangnya, dan beranjak keluar saat Sungmin mengangguk mengiyakan.

“Aku antar Hae dulu.” ucap Siwon dan mengecup dahi sungmin sekilas. Dan lagi-lagi hanya dibalas anggukan olehnya.

.

.

“Siwonnie, aku ingin bertanya sesuatu.” Seru Donghae saat mereka berdua sampai di parking area. Siwon hanya mengangguk.

“Apa tadi ada hal buruk yang terjadi? Err~ sesuatu yang bisa membuat Sungmin shock, atau sejenisnya?”

Siwon mengernyitkan dahinya, sedikit bingung dengan pertanyaan Donghae.

“Sesuatu yang membuat Minnie shock? Aku rasa tidak.” Jawab Siwon sambil melipat kedua tangannya, mencoba mengingat kejadian tadi siang.

“Err~ Sebenarnya aku tidak begitu tahu, saat aku menemukannya sudah begitu kesakitan.” Sahutnya lagi.

Donghae hanya mengangguk seolah mengerti. Siwon hanya memandangnya dengan raut penasaran.

“Sepertinya ada sesuatu yang terjadi sebelum Sungmin menderita kesakitan seperti tadi. Sesuatu yang bisa membuatnya shock. Orang yang sedang mengandung sangat rentan pada hal-hal seperti itu. Apalagi dalam usia kandungan yang masih muda sepertinya, emosi yang tidak stabil dan tidak dapat disalurkan dengan baik, akhirnya menjadi rasa sakit pada fisik. Tidak membahayakan memang bagi kondisi kehamilannya secara fisik, tapi secara mental, akan berdampak buruk.” Donghae menghentikan penjelasannya, kemudian memandang Siwon yang serius mendengarkannya. Tampak raut khawatir tergambar jelas diwajahnya.

“Kuharap kau bisa terus menjaganya, perhatikan mulai dari hal-hal kecil. Orang hamil itu sangat sensitive.” Sahutnya lagi, dan mulai beranjak memasuki mobilnya. Siwon hanya mengangguk, dan menunduk saat Donghae menyalakan mesin mobilnya.

“Ne, arraseo.”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Ming, panggil namaku…” Sungmin menggelinjang saat tangan itu menyentuh tubuh polosnya, membisikkan namanya dan menggigit telinganya sesekali.

“Enggh~ K-kyu…” Desahnya sambil meremas sprei biru langit yang tampak kusut diatas karena ulah mereka.

Namja berambut auburn yang berada diatasnya tampak menyeringai puas. Perlahan tapi pasti, namja itu menunduk, menarik tengkuk Sungmin dan membawanya mendekat. Mengeliminasi jarak, hingga kedua bibir mereka bertemu.

Namja itu mengecup bibir Sungmin lembut diawal, dan memagutnya panas seiring intensitas kehangatan yang menjalari kedua tubuh polos itu.

Menikmati hasrat yang membuncah diatas peraduannya. Saling memuaskan, memberi dan mengisi satu sama lain. Memandang dengan penuh cinta. Tatapan ingin memiliki yang selalu menghantui Sungmin disetiap malam ia tertidur.

“Aku menginginkanmu karena kau milikku Ming, Hanya milikku..” Ucap Sang namja sambil mengalihkan cumbuannya ke leher Sungmin. Meraba daerah sensitive sang BunnyMin dengan bibir dan lidahnya, memberikan banyak Kissmark ditubuhnya. Seakan menegaskan pada dunia, bahwa hanya dirinya yang boleh menyentuh Sungmin, dan Lee Sungmin memang hanya miliknya.

“Akhh~ K-Kyu… nghh~” Desahan itu kembali tercipta saat kedua siluet itu menyatu. Melebur menjadi satuan romansa manis yang bernama cinta.

Mengisi kekosongan ruang yang tercipta tiap kali mereka berpisah. Menyatukan kepingan puzzle yang kembali bertemu. Tujuannya hanya untuk menyatu. Menjadi satu keutuhan.

Memuai benihnya, dan memekarkan kuncup nya dengan cinta. Sungguh kesatuan yang indah bukan?

“Panggil namaku Ming..” Desah sang namja sambil terus memainkan irama hentakkannya secara teratur.

“K-Kyu… nghh~”

“Bukan, kau harus memanggil namaku secara utuh.”

Mata kelinci itu menatap manic kehitaman dihadapannya dengan lekat. Mencoba mencari jawaban terbaik yang harus diucapkannya.

“Ingat namaku. Kyuhyun, Cho Kyuhyun…” Seringainya melebar, dan hilang bersamaan seiring kedua tubuh yang kembali menyatu.

“Cho… Kyu-hyun~”

.

.

.

Siwon menatap Sungmin yang tertidur disampingnya. Namja tampan itu mengelus pelan kedua pipi chubby milik ‘kekasihnya’.

Semakin lama Ia semakin terbiasa dengan predikat ‘kekasih’ - nya.

Senyumannya mengembang saat sang BunnyMin menggeliat dan menggumamkan sesuatu. Entah apa yang diracaukannya, tapi itu cukup untuk membuat Siwon ingin memeluknya.

“Nghh~” Namja mungil itu mengecap seperti bayi. Demi tuhan, Siwon tak pernah sebahagia ini, memilikki seseorang yang begitu berarti untuknya, segala tingkah laku Sungmin selalu berhasil membuat namja Choi itu bahagia.

“Saranghae Minnie-yah…” Bisikkan lembut Siwon tak pelak membuat namja bermata kelinci itu terganggu. Malah Ia semakin merapatkan tubuhnya kearah Siwon, mencoba mencari kehangatan lebih.

Siwon tersenyum, mempererat pelukannya pada Sungmin dan mengelus lembut rambutnya. Siwon selalu menyukai momen seperti ini.

“Kyu…”

Siwon tertegun mendengar racauan Sungmin kali ini. Shit! Lagi-lagi nama itu!

Siwon terus mengumpat dalam hati.

“Cho… Kyu-hyun~” Sungmin menggeliat dalam pelukan Siwon. Peluh menetes dari pori-porinya. Erangan kembali terdengar meluncur dari bibir mungilnya.

Mimpi buruk lagi.

Siwon tak perduli, makin memeluk erat BunnyMin-nya, mencoba memberi kekuatan dan berharap mimpi buruk itu segera berakhir.

Tapi satu hal mengganjal hatinya, “Cho Kyuhyun”. Bahkan saat tidur dan dalam kondisi amnesia pun, Sungmin terus meracaukan nama itu.

Sungguh terkutuk, mungkin rencananya memang harus dijalankan.

Setidaknya, menimbulkan kembali rasa benci Sungmin pada namja Cho itu, tidak terlalu buruk kan?

Dan sebuah Seringai menutup malam Siwon yang memeluk Sungmin dalam dekapannya.

TBC


Okeh, Okeh, Comments are lovessssssssssss~

Komen ya, komen ya :D

5 komentar:

  1. nina a nizz kyuyeeunmin16 September 2011 pukul 09.26

    kyu nya cuma nonggol dikit...
    ok lanjutkan aku tunggu....

    BalasHapus
  2. wahhh aku baru dapt ini FF,..udah hampr setahun lagi...bahsanya keren bgt deh

    mea HAE

    BalasHapus
  3. Waduhhhhhhhhh
    Sulit d'ungkapkan dngan kata2 nih
    D'tnggu part selanjutnya ya

    BalasHapus