Minggu, 31 Juli 2011

[Fanfic] Engagement Chap 1

Title : Engagement
Author : Celi Sayuri_Iino Sayuri
Keterangan : semua seme jadi namja, semua uke jadi yeoja :D

ini ff lama aku di FFn yg aku repost disini :p aku harap semuanya ga bosen yaah :D huehehehe ~

Happy reading! ^^





"Ne, kenalkan, Minho. Calon tunanganmu, Kim Kibum atau Key." kata Choi Siwon pada putranya, Choi Minho diikuti seorang yeoja mungil berwajah muram. Minho melihatnya dengan wajah yang tak bisa diartikan.



"Pertunangan kalian akan dilaksanakan bulan depan. Bersiaplah, Minho-ah.." lanjut Choi Kibum, eomma Minho dengan wajah sedikit sedih. Kibum menggandeng Key masuk kekamar tamu, meninggalkan Minho yang masih terpaku kaget dan Siwon yang menatap keluar jendela ruang kerjanya.


"Aniyo, Appa.. Aku nggak mau.." kata Minho tegas, membuat Siwon berpaling dan menatap mata Minho tajam. "Nggak ada kata 'aniyo', Choi Minho. Mau nggak mau, bulan depan kamu tetap bertunangan." putus Siwon tegas dengan nada yang jelas tak bisa dibantah Minho ataupun Kibum, istrinya sendiri. Minho melangkah kekamarnya.


Minho duduk murung dikamarnya sambil menatap ponselnya. Diusapnya layar ponselnya yang menampilkan fotonya dengan sorang yeoja pendek yang manis.


CKLEK!



Pintu kamarnya dibuka dengan lembut. Minho tahu itu siapa. Jelas itu adalah Choi Kibum, eomma-nya tersayang. "Chagi? Kau belum tidur?" tanya eomma-nya sambil mengelus rambut Minho. Minho beranjak meletakkan kepalanya dipangkuan Kibum.


"Aniyo, Eomma.." balas Minho sambil bermanja pada Kibum. Kibum hanya memeluknya maklum. "Mianhae, chagi.. Eomma nggak bisa berbuat apa-apa.. Jeongmal mianhae.." lanjut Kibum meminta maaf. Minho memeluk eomma-nya erat.



"Gwaenchana, Eomma.. Gimanapun, Appa nggak bisa dilawan, kan?" jawab Minho pasrah. "Heran, Eomma kok bisa cocok sama Appa.." lanjut Minho sambil tertawa, menyebabkan Kibum mencubit pipi Minho keras.



"Aduuuh ~ Sakit, Eomma.. Iya.. Iya.. Mian.." pinta Minho memelas pada Kibum. Hanya pada Choi Kibum saja seorang Choi Minho bisa bersikap manja begini. Kibum mendesah sebentar, lalu berdiri dan berjalan kearah pintu. "Nite, chagi.. Eomma mau tidur ya.. Jangan tidur terlalu malam.. Saranghae.."



"Ne, Eomma.. Nado saranghae.." jawab Minho sambil tersenyum. Setidaknya dengan bermanja pada eomma-nya, beban pikirannya sudah sedikit berkurang malam ini.


o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o


"Minho-ah, gwaenchanayo?" tanya Taemin sambil mengusap pipi Minho pelan. Minho yang sejak tadi melamun tersentak kaget. Diusapnya tangan yeoja itu lembut. "Ne, gwaenchana, Taemin.." katanya sambil berusaha tersenyum. Taemin tersenyum manis.



"Ne, Minho-ah.. Kau kelihatan muram belakangan ini.. Makan es krim saja, yuk? Kutraktir, deh!" ajak Taemin semangat. Senyum Minho makin lebar. Beruntung juga punya kekasih seceria ini.. Yang sebenarnya sangat bertolak belakang dari Minho yang cool dan terkesan seorang Ice Prince.



"Kajja, Taemin.. Aniyo, aku yang traktir.. Bagaimanapun, aku kan masih cukup gentle.." balas Minho sambil tertawa. Dirangkulnya Taemin, sedang Taemin hanya tertawa.
Samar-samar, sesuatu menarik perhatian Minho. Diseberang jalan sana, dilihatnya Kim Kibum -Key- yang notabene adalah calon tunangannya sedang berjalan menggandeng seorang namja imut. Diajaknya Taemin menyeberang jalan. Minho terlalu penasaran.


"Key? Kenapa disini?" tegur Minho terkejut. Yang ditegur juga tak kalah terkejut. "Minho-ah?" tanya Key nyaris berteriak. "Sedang apa disini?" tanya Minho sambil setengah melirik namja imut disamping Key. Key terdiam.



"A-Ano, Minho-ah.. Bisa kita bicara berdua saja?" tanya Key gugup. Ditariknya Minho menjauh dari Taemin. "Maaf, nona.. Aku pinjam temanmu sebentar.." katanya lalu menyeret Minho ke sebuah belokan. Minho kebingungan saat Key hanya menunduk.


"Gwaenchana, Key?" tanyanya bingung. Key makin menunduk, namun tiba-tiba berseru. "Mianhae, Minho-ah! Kurasa aku tak bisa bertunangan denganmu! Aku sudah punya seorang namjachingu!" kata Key sambil menatap mata Minho dalam. Minho melongo. Setelah beberapa saat, Minho mulai tertawa pelan.


"Hehehe ~" tawa pelan Minho terdengar telinga Key. Key menatapnya dengan sebuah tanda tanya besar diatas kepalanya. "Apa yang lucu, Minho-ah?"" tanya Key yang mulai khawatir Minho gila karena tidak jadi bertunangan dengannya. Kalau Minho jadi gila, siapa yang mau menanggung akibatnya?



Tawa Minho makin keras. "Hahahaha! Ternyata kita sehati, Key! Jelas aku juga sebenarnya tak mau bertunangan! Kau lihat yeoja cantik dan imut disana?" Minho mendesah sambil melirik Taemin yang resah menunggunya. Key mengikuti arah pandang Minho. "Yeojachingu-ku. Taetem-ku. Aku amat mencintainya.." lanjut Minho sambil tersenyum lembut. Key tersenyum manis dan menepuk pundak Minho.



"Ne, dia memang cantik. Kau juga lihat namja tegap itu? Namjachingu-ku.. Sama denganmu, aku juga amat mencintainya, Minho-ah.." kata Key sambil berjalan kearah namjachingu-nya yang bernama Lee Jinki atau Onew. Minho mengikuti dari belakang.


"Kita harus memikirkan cara supaya Siwon-ahjussi tidak jadi menjodohkan kita." Kata Key. Minho sependapat. "Ne, nanti saja kita pikirkan. Sekarang kita pikirkan dulu namjachingu dan yeojachingu kita." Balas Minho sembari tertawa lepas. Melihatnya, Key ikut tertawa. Mereka melangkah keluar dari jalan, menemui Taemin dan Onew yang asyik mengutak-atik ponsel masing-masing.



"Minho-ah, kau sudah selesai? Aku harus pulang, oppa.. Aku masih ada PR.." kata Taemin begitu Minho berjalan bersama Key. Minho mendesah pelan. Dia maklum saja, Taemin kan memang masih SMA kelas 3.



"Ne, Taeminnie.. Ayo, kuantar kau pulang.. Annyeong hassimnikka, Key.." kata Minho sambil merangkul Taemin menjauhi Key dan Onew.



"Ne, ayo kita juga pulang, Onew.. Annyeong, Minho." balas Key sambil memeluk Onew dari belakang. Setelah sedikit menjauh dari Key dan Onew, Taemin mendongak menatap Minho yang lebih tinggi darinya.



"Oppa, tadi itu siapa? Temanmu?" tanya Taemin . Minho tersenyum lembut padanya lalu mendesah. "Dia itu sebenarnya calon tunanganku." Jawab Minho yang memang selalu jujur pada Taemin. Taemin melongo sebentar, kemudian menunduk dalam.


"Ji-jinjjayo, oppa?" tanyanya masih dengan menunduk. Minho yang melihat itu langsung memeluk Taemin lembut. Diciumnya puncak kepala Taemin. "Gwaenchana, Taetem.. Saranghaeyo.. Aku takkan meninggalkanmu.." kata Minho, mempererat pelukannya. Di sisi lain, Taemin sudah mulai terisak pelan.


"Ssshh ~ Tenanglah, chagiya.. Aku tetap mempertahankanmu.. Aku sudah bilang kan tadi, saranghaeyo, dan aku takkan pernah meninggalkanmu.. Jeongmal saranghae.. Jebal, chagi.. Percaya padaku.." Minho memohon, sementara Taemin berusaha percaya dengan kata-kata kekasihnya.



.
Sementara, di sisi Onew dan Key ~
.



Key dan Onew tampak berjalan beriringan dengan penuh tawa. Sesekali Onew tertawa keras sementara Key hanya tersenyum, dan begitu pula sebaliknya. Onew yang berusaha menahan rasa penasarannya mati-matian hanya bisa menunggu sampai Key selesai tertawa.


"Key-chagi.." panggil Onew pelan. Key menghentikan tawanya seketika. "Ne, Onew? Waeyo? Gwaenchana?" tanya Key, masih tersenyum manis. Onew membalas tersenyum, kemudian bertanya.



"Siapa tadi itu?" pertanyaan yang sederhana bagi Onew. Namun tidak bagi Key. Jantung Key seakan melompat ketika Onew menanyakan itu. Key menggamit lengan Onew.


"Ehm.. Ano, Onew.. Berjanjilah padaku dulu.." kata Key yang dibalas anggukan Onew. "Jangan marah dulu, ya? Ini hanya salah paham, kok." kata Key yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Onew. Key menarik nafas sejenak, memberanikan diri sekaligus mengumpulkan nyali. *apa bedanya?*


"Choi Minho itu calon tunanganku." Kata Key cepat. Onew yang memang responnya agak lambat hanya diam, berpikir selama beberapa saat sebelum berteriak keras. "MWORAGO?"
"Onew, dengar dulu! Kan baru calon! Onew! Onew! Kau kan tahu aku cuma mencintaimu!" jerit seksi Key menggema dijalanan, berusaha membangunkan Onew yang sudah pingsan.


o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o



"Mwo? Onew ngambek dan belum mau berbicara padamu sejak saat itu?" tanya Minho tak percaya sambil mengaduk cappucinno yang tadi dipesannya. Padahal sudah lewat dua minggu sejak mereka bertemu waktu itu. Key mengangguk lemah sambil menunduk. "Huwweee ~ Bagaimana ini, Minho, Taemin?" seru Key masih menunduk. Taemin yang masih meminum susu pisangnya sibuk berpikir.



"Kenapa nggak dirayu aja, eonni?" tanya Taemin. Bibir Key makin mengerucut mendengar pertanyaan Taemin. "Onew itu nggak gampang dirayu, Taemin-ah.. Ngerayu Onew itu sama aja kayak ngerayu gajah supaya mau mencium macan.." ujar Key putus asa. Minho mengangguk.
"Baik, gini aja.. Aku akan pergi kerumah Onew dan menjelaskan ini semua. Key, Taemin, ikut aku.." putus Minho tegas sambil menyambar kunci mobilnya. Key dan Taemin mengangguk. Kalau disaat begini, memang Minho lebih mirip Appa-nya daripada Eomma-nya.


Tak sampai 15 menit, Mazda Miata yang mereka tumpangi sudah terparkir manis didepan rumah Onew. Key berulangkali menghela nafas menghadapi pertemuannya dengan Onew. Beruntung ada Taemin yang bisa menenangkan Key.


Key melangkah ke beranda depan Onew. Baru saja Key mau mengetuk pintunya, pintu sudah terbuka secara tiba-tiba, menampilkan Onew dengan wajah baru bangun tidurnya. Begitu dilihatnya Key didepan, Onew langsung manyun. "Mau apa kesini?" tanyanya dingin. Sebelum Key atau Taemin berkata apa-apa, Minho sudah maju kedepan Onew dan menatap namja yang lebih pendek darinya itu, membuat Onew harus mendongak menatapnya.


'Omona.. Tingginya..' batin Onew nggak penting. Sekarang Onew merasa seperti berhadapan dengan seekor jerapah. "Mian.. Aku hanya ingin bilang bahwa aku nggak mau bertunangan dengan Key." kata Minho lugas membuat Onew sedikit menganga.


"M-Mwo? Kukira kau yang memaksa bertunangan dengannya?" tanya Onew dengan polosnya, membuat Key menepuk dahinya sendiri, sedikit menyesal punya kekasih lemot seperti Onew. Minho menatapnya kaget. "Mwo? Siapa yang bilang?" tanya Minho sambil melirik Key tajam yang mengangkat bahu tanda tak tahu.



Onew nyengir, "Ah, pendapatku sendiri.. Hehehe.. Jadi, apa tujuanmu kesini?" tanyanya sedikit dengan nada lebih ramah kali ini. Minho mendengus.



"Jelas untuk meyakinkanmu bahwa aku tak mencintai Key sama sekali. Dan aku membawa yeojachingu-ku." Kata Minho tajam sambil menarik lengan Taemin untuk membuktikan. "Ne, percayalah padaku, Lee Jinki.. Saranghae.." kata Key maju memohon sambil menggenggam tangan Onew erat. Onew menatap mereka berdua, kemudian mengangguk.


"Oke, aku percaya. Key, mianhae.. Saranghaeyo yeongwonhi.." kata Onew sambil memeluk Key. Key membalas pelukan Onew. Namun, dua detik kemudian, Key melepas pelukannya. Onew menatapnya bingung. "Nado saranghae, Lee Jinki. Tapi lebih baik kau mandi dulu. Kau bau!" kata Key dengan jujur.



DOENG!


"Ne, ne, chagi.. Aku mandiii ~" kata Onew kemudian masuk kedalam rumah, dan menyambar handuk. "Masuk saja.. Anggap saja rumah sendiri!" seru Onew lagi sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu kamar mandi. Key masuk, duduk disofa dan mendesah tertahan.
"Bagaimana sekarang cara kita membatalkan pertunangan itu?" gumam Key sambil menutup kedua matanya dengan tangan. Taemin duduk disebelahnya sembari mencomot sekotak susu pisang lagi dari tasnya.



"Obat tidur, mungkin? Racun sekalian..~" jawab Taemin asal membuat Minho sedikit melotot. Namun, Minho terdiam. Racun merupakan ide yang buruk. Tapi tidak dengan obat tidur, kan? Dengan cepat, Minho menyambar ponselnya. Tangannya tampak mencari-cari nama kontak seseorang.



Setelah ketemu, didekatkan ponsel itu ketelinganya. "Yeobseyo?" tanya orang diseberang telepon. Wajah Minho berubah sumringah. "Ah, Hae! Aku butuh bantuanmu!" seru Minho senang, memberi tanda tanya besar dikepala Key, Taemin dan Onew yang baru keluar dari kamar mandi.



o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o


Hari ini Minho dan Taemin memperingati hari jadinya yang kedua. Dua tahun sudah mereka bersama. Dan Minho merencanakan pergi jalan-jalan bersama Taemin yang pastinya takkan disetujui oleh Siwon. Namun, Minho sudah menyiapkan semuanya. Sambil nyengir setan, Minho menatap botol kecil berisi cairan bening dalam genggamannya. Ia masih ingat dengan jelas penjelasan Donghae waktu itu.



-flashback-


Donghae menyerahkan bungkusan itu ke tangan Minho. "Ini yang kau minta, Minho.. Terbuat dari bahan asli China dan sedikit tambahan. Gunakan sedikit saja, dan orang yang meminumnya akan tertidur seharian. Aku berani jamin!" jelas Donghae sambil merangkul Hyukkie, kekasihnya. Minho tersenyum senang. "Gomawo, Hae.. Oke, ini uangnya, jeongmal gomawoyo, sekali lagi." Balas Minho sambil beranjak pergi dan menyerahkan sebuah amplop pada Donghae yang langsung disambut gembira oleh Donghae. Minho melenggang pergi sambil otaknya berpikir menyusun rencana.



-flashback off-


Minho mengendap-endap memasuki dapur rumahnya yang besar diikuti Key. Kenapa Key bisa ada dirumah Minho? Itu karena Kim Youngwoon dan Kim Jungsoo, orangtua Key masih berada di China, menyelesaikan urusan bisnis mereka yang sedikit tertunda.



Mereka bersembunyi dibalik kulkas yang besar, membuat tubuh mereka tertutup sempurna oleh benda dingin tersebut. 'Ayo, datanglah dan cepat buatkan kopi untuk Appa.." harap Minho cemas sambil sesekali melirik kearah pintu. Perlahan pintu dibuka.




'BINGO!' batin Key yang ikut melirik dari samping kulkas. Maid bernama Jessica itu masuk sambil merapikan celemeknya, mulai mengaktifkan mesin kopi dan membuat kopi untuk Siwon. Setelah selesai memasukkan bubuk kopinya, Jessica meninggalkan dapur untuk menemui Kibum yang memanggilnya, sekalian menunggu kopi itu jadi. Setelah Jessica pergi, mesin itu sudah menghasilkan setengah gelas besar kopi panas yang mengepul. Secepat kilat, Key dan Minho keluar dari balik kulkas. Key menuangkan kopi itu ke cangkir, sementara Minho membuka tutup botol kecil itu. Setelah terbuka, Minho menuangkan isinya kedalam cangkir kopi Appa-nya. Minho dan Key tersenyum puas sambil keluar dari dapur.


Minho menemui Siwon dan Kibum yang sedang sarapan diruang makan sementara Key kembali kekamarnya. "Pagi, Eomma, Appa.." sapa Minho sambil mencomot sebuah apel. Siwon hanya melirik sejenak, kemudian mengangguk dan Kibum hanya tersenyum. Tak lama, Jessica datang sambil membawa secangkir kopi untuk Siwon. Minho tersenyum setan. *sejak kapan Minho ketularan Kyu jadi setan?*


'Ayo, Appa-ku sayang.. Minumlah kopinya.. Enak kok rasanya..' Minho berusaha mengirimkan pesan 'kau-sedang-haus' lewat tatapan matanya pada Siwon, dan BERHASIL! Siwon mereguk kopinya banyak-banyak. Beberapa menit kemudian, Siwon mulai menguap.
"Chagi, aku ngantuk.." kata Siwon manja pada Kibum. Kibum yang sedang membaca majalah menatapnya heran. "Ngantuk? Bukankah kau barusan mandi air dingin, Wonnie?" tanya Kibum sambil menangkup wajah Siwon dengan kedua tangannya. Siwon mengangkat bahu, menumpukan kepalanya ke bahu Kibum. Mulai tertidur.



"Ssshh~ Wonnie chagi, ayo pindah kekamar saja.." ajak Kibum sambil memapah Siwon yang sudah separuh tertidur kekamar mereka, meninggalkan Minho yang tersenyum riang sambil meminum susunya.
Selesai sarapan, Minho menyambar kunci mobilnya, dan jaketnya, hendak pergi kencan dengan Taemin. Namun, sebuah suara menghentikannya.


"Apa yang kau masukkan dalam kopinya, Minho?"




=TBC=






_____wanna leave me some comments? :D gomawoyoo_____

Sabtu, 23 Juli 2011

[Fanfic] Before Yesterday - KyuMin

Title : Before Yesterday

Author : Yuera Akihime

Chapter : 1

Fandom : Super Junior

Pairing : KyuMin | SiMin

Genre : AU | Angst | Drama | Hurt / Comfort

Rating : PG – 15

Disclaimer : I have my own idea... but nothing for both of them... Both of them officially totaly OUT OF REAL CHARA ^^ I made it one..

Warning : Yaoi | Typo(s) | M-Preg | Abal | Geje | Rape / Smut / Lemon | anti klimaks | bahasa ga sesuai EYD | OOC as always [ lol ] | Flashback semau gue wkwkwk XDv

BGM : Without a trace – Pledge [ the GazettE ] | Hoshi no nai yoruni [ Deluhi ] *lagu wajib* xD

Selamat menikmati ~\(^o^)/~

a/n : Italic/bold = in dream world/timeslip

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Ming~ Panggil namaku…”

Aku bosan…

“Saranghae Ming…”

Benar-benar bosan!

“Kau hanya milikku Ming! Lee Sungmin hanya milik Cho Kyuhyun! Ingat itu!”

Aku membencimu!

“Akh~ Kau- enghh~ memang milikku yang terbaik Ming~”

Aku membencimu karena aku tak pernah bisa membencimu!

Aku ingin mati. Mungkin lebih baik kau membunuhku dan aku akan terbebas dari segalanya.

Aku lelah…

.

.

.

“Minnie, Bangunlah…” Sebuah suara berhasil membuat Sungmin menggeliat dalam tidurnya. Tapi namja mungil berwajah aegyo itu sepertinya tak berniat untuk membuka kedua matanya. Sibuk meladeni mimpi buruk yang kini sedang mengunjungi alam bawah sadarnya.

Peluh menetes melalui pori-pori menyusuri pelipisnya. Sesekali Ia mengerang seperti orang yang kesakitan, terengah-engah seakan Ia baru saja berlari jauh. Pemandangan pagi hari yang biasa untuk orang yang membangunkannya.

“Seburuk itukah mimpimu Min?” Pria tampan yang membangunkan Sungmin kini menunduk, mengambil posisi tepat disamping tubuh Sungmin yang masih terlelap.

Dengan sangat hati-hati Ia menarik selimut Pink yang tengah menutupi setengah tubuh namja mungil dihadapannya. Sungmin masih tak bergeming. Erangan masih terdengar sesekali meluncur dari bibir plump-nya.

Pria bertubuh proposional itu tanpa ragu ikut memasukkan tubuhnya kedalam selimut Baby pink Sungmin, dan menutupinya hingga sebatas pinggang.

Kedua lengan kekarnya tanpa ragu menarik tubuh Sungmin mendekat. Memeluknya erat.

Mengaitkannya dengan jari-jari mungil milik Sungmin. Seolah – olah menyalurkan kekuatan kepada pemiliknya.

“Bangun Minnie, Kau ingat kita akan ke taman hari ini? Bukankah kau terus memaksaku untuk pergi liburan? Bangunlah~” Ia terus mengoceh. Meski Ia tahu, hal itu tak lantas dapat membangunkan sang BunnyMin.

Satu hal yang sangat Ia sadari, Sungmin sedang menderita walau dalam keadaan tidur.

Oh, tidak. Dia memang selalu menderita sejak tubuhnya mengalami “perubahan”.

“Min, Bangunlah~ kita juga ada jadwal dengan dokter hari ini.” Namja itu terus mencoba membangunkan Sungmin, membelai wajah manisnya dengan lembut. Sesekali menyelipkan rambut-rambut nakal yang menutupi mata kelincinya yang tengah berteduh dibalik kelopak matanya yang tertutup.

Terlihat jelas kasih sayang yang teramat besar terpancar dari manic kehitamannya yang sedang menatap Sungmin. Tatapannya yang tajam seolah menegaskan bahwa dia mampu melakukan apapun untuk namja mungil dihadapannya kini. Sekedar menjaganya dan memberikan perlindungan bukanlah hal yang sulit. Bahkan Ia rela menukarkan dengan nyawanya jika itu dibutuhkan. Ia hanya terlalu mencintai namja Lee itu.

“Nghh~” Sungmin melenguh pelan saat merasakan sebuah sentuhan lembut membelai pipinya. Kedua mata kelincinya mengerjap lucu mencoba menetralisirkan cahaya yang masuk menerobos melalui jendela. Namja tampan itu tersenyum melihat ke-aegyo-an Sungmin yang tercipta –tanpa sengaja-.

“Selamat pagi Sungminnie~” Bisik namja itu sambil tersenyum. Senyum yang cukup menawan. Bisa dipastikan Ia mampu membuat para yeoja diluar sana bertekuk lutut hanya dengan 1 senyuman itu.

Sesaat Sungmin terdiam. Menatap wajah tampan disampingnya dengan penuh harap.

Entah harapan seperti apa, ia benar-benar sudah lupa. Yang Ia tahu, Ia hanya ingin “melihatnya” setiap kali membuka mata.

Harapan kosong.

Apa boleh terus berharap sesuatu yang tak mungkin?

Apa salah merasa kehilangan sesuatu yang memang tak pernah kau miliki sebelumnya?

Sungmin hanya terlalu naïf. Ia terjerat dalam mitologi percintaan dewa-dewi romawi.

Tersesat dan akhirnya terpuruk sendiri. Berharap Aphrodite mengasihinya. Melepaskan kembali sang cupid, dan memberikannya kehidupan seperti dulu. Mengajarkannya cara mengenal percintaan. Seperti pertemuan sang zeus dan istrinya.

Tapi seingatnya, Ia hanya mampu berharap. Tak lebih. Dia benar-benar sudah lupa segalanya. Kecuali segala perlakuan lembut namja dihadapannya kini.

Sungmin tersenyum. Menatap mata namja tampan dihadapannya dengan tulus. Entah ketulusan seperti apa. Jauh berbeda dengan tatapan tulus yang sering diartikan orang banyak seperti “tatapan orang yang sedang jatuh cinta”.

Tatapan yang menyedihkan.

“Pagi, Siwonnie…”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Bagaimana Hae?” Siwon bertanya antusias pada namja berjubah putih dihadapannya. Seorang dokter kandungan, sepertinya.

“Seperti biasa, kondisi kandungannya normal. Tidak ada masalah sejauh ini. Sungmin-ssi hanya perlu mengkonsumsi banyak buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin C”. Sahut sang dokter yang di tag name nya bertuliskan “Lee Donghae”, sambil menjelaskan hasil tes yang tertulis diselembar kertas ditangannya.

“Syukurlah, Aku sempat khawatir karena Sungmin terus-terusan menolak mengkonsumsi obat yang kau berikan. Dia bahkan hanya menghabiskan seperempat dari makanannya.” Ujar Siwon sambil melemparkan pandangannya kearah Sungmin yang duduk tak jauh dari mereka.

Namja mungil itu menyenderkan tubuhnya pada kusen jendela. Matanya focus menatap kearah taman Rumah Sakit yang memang terlihat jelas dari tempatnya berdiri. Sesekali Ia menyunggingkan senyuman melihat beberapa bocah berumur -sekitar- 5-6 tahun berlari – lari memenuhi taman kecil tersebut. Khas anak-anak, dan Sungmin benar-benar menyukainya.

“Kau suka Minnie?” Sungmin tersentak kaget mendengar seruan lembut di telinganya.

Siwon, kini tersenyum sambil ikut menatap kearah taman. Kedua tangannya sudah melingkar mesra di pinggang Sungmin.

Sungmin hanya diam, tak menolak atau pun membalas semua perlakuan namja kekar di sisinya itu. Ia lalu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Siwon.

“Sebentar lagi, kita juga akan mendapatkan malaikat kecil itu…” Siwon kembali tersenyum. Merengkuh Sungmin semakin erat kedalam pelukannya. Sesekali menciumi pelipis namja aegyo itu.

Sungmin tetap diam. Namun, tak lama tersenyum mengingat kata ‘malaikat kecil’ yang diucapkan Siwon. Ia mencoba membayangkan, sebentar lagi, sekitar 7 bulan lagi malaikat kecil itu akan hadir diantara mereka.

Yah, Sungmin tengah mengandung 2 bulan saat ini. Anaknya dan Siwon, Mungkin.

Mungkin?

Entahlah. Sungmin tak tahu kenapa dia –yang notabene seorang namja- bisa hamil seperti yeoja pada umumnya.

Atau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya?

Yang namja mungil itu ingat hanya saat Ia terbangun, Ia mengalami morning sick yang sangat parah. Dan Ia hanya menemukan Siwon disisinya, yang bahkan saat itu Ia lupa siapa nama namja tampan itu. Atau mungkin tak tahu?

Yang menjadi satu-satunya penjelasan hanya Siwon yang mengatakan bahwa Ia adalah tunangannya. Dan sedang mengandung anaknya (setelah Donghae membantu Siwon menjelaskan - panjang lebar - tentang bagaimana Ia yang seorang namja dapat hamil).

Sungmin tak sanggup berfikir atau mengingat lebih dari itu. Setiap berusaha mencoba mengingat apa yang terjadi, siapa dirinya, atau apapun itu, Ia akan mengalami pusing yang diluar kendalinya.

Sakit, sangat sakit. Seakan ada sebuah godam yang menghantam tengkuknya dan berakhir dengan Ia yang jatuh pingsan.

Amnesia, itu yang dikatakan Siwon padanya.

Dan hal yang paling buruk adalah, setiap malamnya Ia selalu bermimpi. Mimpi yang aneh, tapi terasa begitu nyata. Seakan Ia memang pernah atau sedang mengalaminya langsung.

Yang paling jelas adalah, Bayang-bayang seorang lelaki tampan berambut auburn yang selalu menyentuh dirinya setiap malam, yang berhasil membuatnya gila akhir-akhir ini.

Sungmin tau pasti, itu bukan Siwon. Walaupun setiap malam namja tampan bertubuh kekar itu selalu ada disisinya, tapi Ia yakin, namja itu bukanlah Choi Siwon.

Wajah tampannya, kulit pucat, manic hitam kecoklatan yang selalu memandangnya lekat seolah mengintimidasi, seringainya yang mengerikan tetapi selalu mempesona disaat yang bersamaan, Sungmin merasa Ia begitu mengenal namja dalam mimpinya tersebut.

Entah kenapa, Sungmin merasa sangat membutuhkan sentuhan namja itu untuk mengingatnya dengan jelas.

Tapi sayangnya, Sungmin tak mampu mengingat bahkan hanya sekedar namanya.

Sungmin terus berharap… atau Ia hanya bisa berharap?

“Kita ketaman sekarang?” Pertanyaan Siwon berhasil menyadarkan Sungmin dari lamunannya. Mata kelincinya menatap Siwon yang masih setia terseyum manis untuknya. Dia memang pria tampan yang baik dan murah senyum.

“Aku… Ingin eskrim strawberry.” Sahut Sungmin

Siwon terdiam sesaat. Menatap takjub kearah Sungmin. Tapi tak berlangsung lama karena kemudian Ia kembali tersenyum dan mencium dahi Sungmin sekilas. Ini sungguh mengejutkan sekaligus menyenangkan. Ini kejadian langka, setelah 2 bulan Sungmin mengalami amnesia, namja mungil itu menunjukkan reaksi yang postif. Apalagi meminta sesuatu seperti tadi.

Dulu, Sungmin bahkan sangat jarang untuk bicara. Apalagi merespon perkataannya.

“As your wish, chagiya…”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

Dan disini mereka sekarang. Lotte World.

Siwon menggandeng lengan Sungmin dengan mesra. Namja Choi itu tak kalah antusiasnya dengan Sungmin yang kini menatap penuh binar wahana permainan yang tersaji dihadapannya.

Sungguh hal yang sulit bagi seorang direktur muda sepertinya untuk sekedar mencari hari libur ditengah jadwalnya yang begitu padat. Tapi itu bukan masalah, saat Sungmin sendiri yang memintanya untuk berlibur.

“Kita beli eskrim dulu baru bermain, bagaimana?” Siwon mendudukan Sungmin disebuah bangku yang tak jauh dari mereka berdiri. Namja tampan itu tipe yang sedikit protektif sepertinya.

Sungmin hanya mengangguk mengiyakan, Ia tersenyum saat Siwon mengelus rambutnya gemas.

“Tunggu sebentar, aku akan segera kembali. Jangan kemana-mana, arra?” Siwon berjalan menjauh menuju sebuah toko eskrim, tak jauh dari tempat Sungmin duduk.

Namja tampan itu tampak sibuk memesan pada seorang kasir yang melayaninya. Tak lama Ia melemparkan pandangannya kearah Sungmin, tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Sungmin terkekeh kecil melihat aksi Siwon, namja tampan itu sibuk mengirimi love sign jarak jauh.

Sungguh norak. Siapa yang menyangka direktur perusahaan Choi itu akan berbuat hal sekonyol itu hanya karena seorang Lee Sungmin? But, you must remember it, Love is a silly thing and spontaneity.

Sungmin masih tertawa ringan, hingga pandangannya tanpa sengaja bertumpu pada satu titik. Sesuatu yang sangat familiar, tapi tak dapat diingatnya.

Ia melihat siluet itu, sosok yang sangat dikenalnya. Namja tampan berambut aurburn, yang selalu muncul dimimpinya tiap malam. Menyentuhnya tanpa izin. Namja yang menjadi harapannya.

Ia yakin, walau jarak mereka lebih dari 10 meter, Sungmin sangat yakin.

Manik hitam kecoklatan itu, wajah tampan dengan kulit putih pucatnya, serta senyum yang menyerupai seringai yang selalu hadir mencumbunya tiap malam dalam bunga mimpinya.

Tapi Sungmin yakin, Ia sedang tak bermimpi saat ini.

Sungmin bergetar hebat saat sedetik yang lalu mata mereka bertemu. Hanya sedetik, tapi cukup untuk membuat jiwa Sungmin terguncang. Rasa sakit yang tiba-tiba menyeruak didadanya. Entah kenapa, manic hitam kecoklatan itu berhasil membuatnya terpuruk seketika.

Sungmin merasa Ia tak dapat bertahan saat memandang mata itu. Terlalu menyakitkan, terlalu riskan untuk mengetahui penyebabnya, Sungmin merasa begitu menyedihkan setelahnya.

Namja Aegyo itu hampir terduduk ketanah, andai saja sebuah lengan kekar tak menahan tubuhnya dengan segera. Sungmin merasa nafasnya berat, Ia tersengal-sengal sambil mencengkram kuat dada sebelah kanannya, membuat kemeja blossomnya tertarik kedepan, menjadi sedikit kusut.

“Gwaenchana Minnie-yah?” Siwon terlihat panic hingga hampir menjatuhkan eskrim yang diletakkan sembarangan didekat Sungmin.

Sungmin hanya diam, mencoba menetralisirkan nafasnya yang masih tersengal-sengal. Rasa sakit itu semakin menjalar tanpa bisa ditahan. Tanpa disadari matanya mulai memanas, sesuatu hampir melesak keluar dari pelupuk matanya. Ia hampir menangis.

Sungmin tak pernah merasa sesakit ini. Setidaknya selama Ia dinyatakan amnesia, Ia tak pernah merasa perasaan sekalut ini. Hanya karena sebuah tatapan dari orang yang tak dikenalnya. Atau kenal? Entahlah. Namja mungil itu tak sanggup berfikir lagi.

“Akhh~” Sungmin mengerang saat rasa sakit menyerang perut bagian kirinya. Ia mencoba menekan dengan jari-jarinya. Berusaha mengurangi rasa sakitnya.

“Kau baik-baik saja chagi? Apa sakitnya kambuh lagi?” Siwon mendudukkan Sungmin didepannya. Namja tampan itu sedikit membungkukkan tubuhnya, berusaha memahami kondisi kekasihnya.

Dengan lembut Ia mengelus tangan Sungmin yang menekan perutnya. Berharap dapat membantu mengurangi rasa sakit sang labu manis. Tangan kirinya bergerak menuju dahi Sungmin, menyeka peluh yang menetes membasahi helaian rambut tunangannya itu.

“Kita pulang saja ya? Aku tak ingin hal buruk terjadi padamu. Aku berjanji akan mengajakmu lagi setelah kondisi mu membaik, oke?” Siwon mencoba meyakinkan Sungmin yang masih berkutat dengan rasa sakitnya. Sungmin hanya mengangguk sebagai jawaban.

Namja mungil itu semakin meringis saat sakitnya merambat naik keperut bagian atasnya. Seperti ada sebuah benda yang berputar-putar dan mengaduk isi perutnya.

Ini hal yang biasa terjadi padanya selain morning sick yang cukup parah.

Siwon segera meraih tubuh mungil itu dalam pelukannya. Mengangkatnya dan sesegera mungkin berlari menuju mobilnya. Tak perduli dengan berbagai ‘pandangan aneh’ para pengunjung pada keduanya. Yang Ia fikirkan hanyalah Sungmin-nya. Ya, Sungmin-nya.

Siwon langsung mengeluarkan ponselnya sebelum menyalakan kemudi. Mencoba menghubungi seseorang, dan berhasil setelah kurang dari 2 menit menunggu jawaban.

“Hae, tolong ke rumahku sekarang, kami membutuhkanmu.”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Sudah merasa baikan Sungmin-ssi?” Donghae tersenyum memandang namja mungil dihadapannya yang sedang melahap eskrim strawberry dengan antusias. Perubahan yang signifikan melihat kondisinya tadi siang begitu buruk.

“Padahal bisa langsung sembuh kalau kau mau meminum obatnya.” Sambung Siwon sambil mengelus pipi Sungmin. Sesekali namja kekar itu membersihkan lelehan eskrim yang mengotori sudut-sudut bibir Sungmin.

Namja mungil itu mengernyit, lalu memajukan sedikit bibirnya, membuat ekspresi cemberut yang begitu imut.

“Tapi obat itu pahit, aku tak suka…” Sahutnya.

Siwon dan Donghae hanya tertawa ringan melihat ekspresi Sungmin.

“Kalau begitu aku pamit dulu, kalau ada apa-apa, segera hubungi aku, oke?” Donghae mulai membereskan barang-barangnya, dan beranjak keluar saat Sungmin mengangguk mengiyakan.

“Aku antar Hae dulu.” ucap Siwon dan mengecup dahi sungmin sekilas. Dan lagi-lagi hanya dibalas anggukan olehnya.

.

.

“Siwonnie, aku ingin bertanya sesuatu.” Seru Donghae saat mereka berdua sampai di parking area. Siwon hanya mengangguk.

“Apa tadi ada hal buruk yang terjadi? Err~ sesuatu yang bisa membuat Sungmin shock, atau sejenisnya?”

Siwon mengernyitkan dahinya, sedikit bingung dengan pertanyaan Donghae.

“Sesuatu yang membuat Minnie shock? Aku rasa tidak.” Jawab Siwon sambil melipat kedua tangannya, mencoba mengingat kejadian tadi siang.

“Err~ Sebenarnya aku tidak begitu tahu, saat aku menemukannya sudah begitu kesakitan.” Sahutnya lagi.

Donghae hanya mengangguk seolah mengerti. Siwon hanya memandangnya dengan raut penasaran.

“Sepertinya ada sesuatu yang terjadi sebelum Sungmin menderita kesakitan seperti tadi. Sesuatu yang bisa membuatnya shock. Orang yang sedang mengandung sangat rentan pada hal-hal seperti itu. Apalagi dalam usia kandungan yang masih muda sepertinya, emosi yang tidak stabil dan tidak dapat disalurkan dengan baik, akhirnya menjadi rasa sakit pada fisik. Tidak membahayakan memang bagi kondisi kehamilannya secara fisik, tapi secara mental, akan berdampak buruk.” Donghae menghentikan penjelasannya, kemudian memandang Siwon yang serius mendengarkannya. Tampak raut khawatir tergambar jelas diwajahnya.

“Kuharap kau bisa terus menjaganya, perhatikan mulai dari hal-hal kecil. Orang hamil itu sangat sensitive.” Sahutnya lagi, dan mulai beranjak memasuki mobilnya. Siwon hanya mengangguk, dan menunduk saat Donghae menyalakan mesin mobilnya.

“Ne, arraseo.”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Ming, panggil namaku…” Sungmin menggelinjang saat tangan itu menyentuh tubuh polosnya, membisikkan namanya dan menggigit telinganya sesekali.

“Enggh~ K-kyu…” Desahnya sambil meremas sprei biru langit yang tampak kusut diatas karena ulah mereka.

Namja berambut auburn yang berada diatasnya tampak menyeringai puas. Perlahan tapi pasti, namja itu menunduk, menarik tengkuk Sungmin dan membawanya mendekat. Mengeliminasi jarak, hingga kedua bibir mereka bertemu.

Namja itu mengecup bibir Sungmin lembut diawal, dan memagutnya panas seiring intensitas kehangatan yang menjalari kedua tubuh polos itu.

Menikmati hasrat yang membuncah diatas peraduannya. Saling memuaskan, memberi dan mengisi satu sama lain. Memandang dengan penuh cinta. Tatapan ingin memiliki yang selalu menghantui Sungmin disetiap malam ia tertidur.

“Aku menginginkanmu karena kau milikku Ming, Hanya milikku..” Ucap Sang namja sambil mengalihkan cumbuannya ke leher Sungmin. Meraba daerah sensitive sang BunnyMin dengan bibir dan lidahnya, memberikan banyak Kissmark ditubuhnya. Seakan menegaskan pada dunia, bahwa hanya dirinya yang boleh menyentuh Sungmin, dan Lee Sungmin memang hanya miliknya.

“Akhh~ K-Kyu… nghh~” Desahan itu kembali tercipta saat kedua siluet itu menyatu. Melebur menjadi satuan romansa manis yang bernama cinta.

Mengisi kekosongan ruang yang tercipta tiap kali mereka berpisah. Menyatukan kepingan puzzle yang kembali bertemu. Tujuannya hanya untuk menyatu. Menjadi satu keutuhan.

Memuai benihnya, dan memekarkan kuncup nya dengan cinta. Sungguh kesatuan yang indah bukan?

“Panggil namaku Ming..” Desah sang namja sambil terus memainkan irama hentakkannya secara teratur.

“K-Kyu… nghh~”

“Bukan, kau harus memanggil namaku secara utuh.”

Mata kelinci itu menatap manic kehitaman dihadapannya dengan lekat. Mencoba mencari jawaban terbaik yang harus diucapkannya.

“Ingat namaku. Kyuhyun, Cho Kyuhyun…” Seringainya melebar, dan hilang bersamaan seiring kedua tubuh yang kembali menyatu.

“Cho… Kyu-hyun~”

.

.

.

Siwon menatap Sungmin yang tertidur disampingnya. Namja tampan itu mengelus pelan kedua pipi chubby milik ‘kekasihnya’.

Semakin lama Ia semakin terbiasa dengan predikat ‘kekasih’ - nya.

Senyumannya mengembang saat sang BunnyMin menggeliat dan menggumamkan sesuatu. Entah apa yang diracaukannya, tapi itu cukup untuk membuat Siwon ingin memeluknya.

“Nghh~” Namja mungil itu mengecap seperti bayi. Demi tuhan, Siwon tak pernah sebahagia ini, memilikki seseorang yang begitu berarti untuknya, segala tingkah laku Sungmin selalu berhasil membuat namja Choi itu bahagia.

“Saranghae Minnie-yah…” Bisikkan lembut Siwon tak pelak membuat namja bermata kelinci itu terganggu. Malah Ia semakin merapatkan tubuhnya kearah Siwon, mencoba mencari kehangatan lebih.

Siwon tersenyum, mempererat pelukannya pada Sungmin dan mengelus lembut rambutnya. Siwon selalu menyukai momen seperti ini.

“Kyu…”

Siwon tertegun mendengar racauan Sungmin kali ini. Shit! Lagi-lagi nama itu!

Siwon terus mengumpat dalam hati.

“Cho… Kyu-hyun~” Sungmin menggeliat dalam pelukan Siwon. Peluh menetes dari pori-porinya. Erangan kembali terdengar meluncur dari bibir mungilnya.

Mimpi buruk lagi.

Siwon tak perduli, makin memeluk erat BunnyMin-nya, mencoba memberi kekuatan dan berharap mimpi buruk itu segera berakhir.

Tapi satu hal mengganjal hatinya, “Cho Kyuhyun”. Bahkan saat tidur dan dalam kondisi amnesia pun, Sungmin terus meracaukan nama itu.

Sungguh terkutuk, mungkin rencananya memang harus dijalankan.

Setidaknya, menimbulkan kembali rasa benci Sungmin pada namja Cho itu, tidak terlalu buruk kan?

Dan sebuah Seringai menutup malam Siwon yang memeluk Sungmin dalam dekapannya.

TBC


Okeh, Okeh, Comments are lovessssssssssss~

Komen ya, komen ya :D

Jumat, 22 Juli 2011

[Fanfic] Dear Friend -Chapter 1-

Tittle : Dear Friend

Pair : KiEunHae. Kibum x Eunhyuk x Donghae

Other Cast : Suju+Suju M member

Genre : Angst, Hurt, Tragedy, Horor, Friendship, Sedikit Romance

Autho : sihanchul21

rDisclaimer : Hak cipta Fanfic ini adalah saya. Para member hanya milik Tuhan, bukan saya.

Summary : Kibum yang menyukai Eunhyuk tidak sadar kalau dia dicintai oleh sahabatnya sendiri, Donghae. Triangle love yang tragis. KiEunHae couple

Warning! Yaoi. Boy x Boy. Disini saya bukan membashing. Bad chara. Blood, ada adegan pembunuhan. Horor, ada makhluh halus~ Yang takut tragedy setengah angst setengah horror diharapkan persiapkan mental pas bacanya yo…

OOOOooooooOOOOoooooo

DONGHAE POV

JLEBB

Sebuah pisau dapur tetancap pada badan seorang pria paruh baya. Sang pembunuh seperti kerasukan setan saat menusuk pria paruh baya itu. Dia berkali-kali menusuk sampai pria paruh baya itu tewas mengenaskan.

Kejadian ini…

Aku bisa melihat sosokku saat kecil. Bocah yang lugu memegang sebuah boneka kelinci menyaksikan umma kandungku sendiri membunuh appa. Setelah umma puas membunuh appa, umma mengarahkan pisau yang sudah membunuh appa kearah tenggorokannya

“U-umma?”

JLEBBB

Umma menusuk dirinya tepat diarah tenggorokannya

“UMMMMAAAAA!!!!!!!” teriakku

.

.

.

“Hae..Donghae..Donghae sadarlah!” Aku mendengar ada yang memanggilku

Kubuka kedua mataku. “Kibum…”

“Kau mengigau, mimpi buruk?” tanyanya cemas

“I-iya.. mimpi yang buruk sekali” aku memegang tangannya dengan gemetaran “Kibum, kau terus disini ya, Janji? Jangan pergi kemana-mana..”

“Donghae ini! Kalo tidak cepat bangun, bisa terlambat sekolah. Lagipula, aku nggak kemana-mana kok” ucapnya sambil tersenyum

Aku merasa membaik ketika melihat senyumnya

“Ayo cepat! Atau nggak..” Kibum mengangkat seekor anak anjing tepat didepan mataku “Rasakan serangan dari Bada!!” isengnya

“Uwaaa!!! Jauhkan Bada dariku!!!” teriakku

.

.

AUTHOR POV

TENG.. TENG..

Bunyi bel sekolah. Menandakan waktu istirahat. Semua siswa keluar berhamburan keluar dari kelas. Mereka semua menuju ke papan pengumuman sekolah.

Tepat, pengumuman peringkat hasil ujian sekolah

“Hebat! Lagi-lagi Eunhyuk juara satu! Nomor satu dari 400 siswa” kagum Kibum “Donghae belakangan ini kalah terus dari Eunhyuk. Lihat, Donghae ada diposisi kedua. Sebelumnya kan Donghae yang nomor satu” tambahnya

“Aku sengaja salah dalam tiga soal”

“Eh?”

Kibum cuma bisa memasang wajah paboo nya. Dia nggak mengerti apa yang dikatakan Donghae

“Setelah orangtuaku meninggal, aku diasuh oleh keluarga Eunhyuk. Kalau aku yang mendapatkan nilai yang bagus dari Eunhyuk terus menerus, wajah orangtuanya bisa jadi masam” kata Donghae datar

“Lihat! Nama Kibum juga ada disini” Donghae mengalihkan pembicaraan dan menunjuk nama Kibum di antara deretan nama siswa lain

“Eh.. yang benar?” kata Kibum ragu “Ah peringkat 13! Ini pertama kali dalam hidupku!”kata Kibum dengan bahagia

“Ujian kali ini, Kibum semangat sekali sih..” puji Donghae

“Ini karena Donghae~~ Donghae yang mengajarin aku~~ gomawoo~”riang Kibum tak kalah histeris sperti perempuan

“Hei Kibum!” seorang namja memanggil Kibum

“E-Eunhyuk?”

“Ini buku yang kupinjam, gomawo..” Eunhyuk menyerahkan sebuah buku catatan kepada Kibum

“Eh?”

“Donghae, hari ini pulang ke rumah ya. Kamu terus menginap di rumah Kibum, umma jadi khawatir” kata Eunhyuk. “Sudah ya, bye..” Eunhyuk meninggalkan KiHae

“Kibum, kapan meminjamkan buku itu pada Eunhyuk?” tanya Donghae

“Eh? Apa ini? Pasti salah orang” Kibum membuka lembar demi lembar di buku tersebut. Dia berhenti membukanya lantaran ada sebuah surat terselip diantara halaman buku tersebut

“Surat?” kata Kibum bingung

Raut wajah Donghae berkerut melihat Kibum yang sedang memegang surat.

Kibum membuka surat itu

Kepada Kim Kibum

Mian, tiba-tiba begini. Aku sudah lama menyukaimu. Maukah kau menjadi namjachinguku? Kalau tidak keberatan, aku ingin mengajakmu nonton pada tanggal 25 Desember nanti

Dari Lee Eunhyuk

“Omoo… seperti mimpi, Eunhyuk menyukaiku!”

“Kibum, kau suka Eunhyuk?” tanya Donghae dengan tatapan gelisah

“Ne.. aku suka padanya sejak kelas satu” kata Kibum sambil tersipu-sipu

“Kau tak pernah mengatakan hal itu sama sekali padaku!” kata Donghae yang –setengah-berteriak

“Habis… Habisnya Donghae jarang cerita tentang Eunhyuk sih. Jadi susah ngomongnya ke kamu” Kibum menjulurkan lidahnya

.

.

.

“Merry Christmas!!!” teriak seluruh anggota keluarga Kibum

“Ya! Kim Ryeowook! Jangan mengarahkan benda itu pada Bada!” Kibum menjitak kepala adiknya, Ryeowook.

“Aduhh~ Kibum hyung sakit! Aku kan cuma pengen isengin Bada..” Ryeowook memanyunkan bibirnya

“GUK! GUK!” Bada hanya bisa menggonggong *translate: Mampus lu! Siapa suruh jail ma gw. LOL :D*

“Ah umma!! Kok kue Kibum hyung lebih besar dariku? Aku juga mau~” rengek Ryeowook

“Kita tukar ja ya Wookie?” tawar Donghae sambil menyodorkan kuenya

“Waa… gomawo Donghae hyung! Makanya aku lebih suka Donghae hyung daripada Kibum hyung” ejek Ryeowook

“APA KATAMU?? SINI LO BOCAH!” Urat marah Kibum mulai tampak

“Huwaaaa~~~” Ryeowook langsung ngacir melihat aura marah Kibum

“Hahahahhaa” anggota keluarga lain Cuma bisa tertawa melihat aksi kakak beradik yang tak pernha akur ini

.

.

.

“Ah meriah sekali~ Baru kali ini aku merayakan malam natal seperti ini” kata Donghae sambil merebahkan tubuhnya ditempat tidur

“Kau berlebihan, Donghae ah..” Kbum cekikikan “Dirumah Eunhyuk, Donghae juga merayakan natal kan?” tanya Kibum

Tidak ada respon dari Donghae

“Donghae ah, besok aku kencan dengan Eunhyuk. Lebih baik pakai baju apa?” tanya Kibum yang sibuk meng-mix en max baju

Tidak ada respon lagi dari Donghae

“Donghae?” Kibum membalikkan badannya “Sudah tidur?”

.

.

.

DONGHAE POV

Aku nggak bisa tidur. Kutatap langit kamar, aku terus memikirkan Kibum yang akan kencan dengan Eunhyuk. Aish… menyebalkan

Kubalikkan badanku. Kupandang Kibum yang tertidur nyenyak disebelahku.

“Kibum…” panggilku pelan.

“Kibum, saranghae…” kusentuh bibirnya “Saranghae Kibum ah” jemariku perlahan-lahan menuju kancing bajunya. Kubuka kancing piyamanya satu persatu hingga menunjukkan dadanya yang terlihat mulus

“Ng..” kudengar Kibum mengigau

Mataku tertuju pada bibir merahnya yang menggodaku. Aku nggak bisa menahan hasratku. Kucium bibirnya dengan lembut

KIBUM POV

“Ng..” aku mendesah pelan. Kurasakan ada yang menyentuh bibirku.

Kubuka kedua mataku.

Mataku terbelalak

‘Donghae menciumku!’ jeritku dalam hati

“Tidakkkk!!!” jeritku sambil mendorong badan Donghae hinngga jatuh kelantai

“Jangan bercanda Donghae! Apa yang kau lakukan padaku!” aku mengosok bibirku dengan punggung tanganku

“Kibum ah..” lirih Donghae

Aku memandang piyamaku. Aku kaget melihat kondisi piyamaku yang semua kancingnya terbuka, dadaku terekspos dihadapannya. Aku langsung menutup dadaku dan mengancingkan piyamaku kembali. Air mataku turun membasahi kedua pipiku

“Aku sungguh-sungguh Kibum ah.. Saranghae” kata Donghae

‘Apa? Donghae… Donghae menyukaiku?’ aku tercengang

“Aku tidak menyerahkanmu pada Eunhyuk. Aku yang lebih dulu bersamamu. Saranghae Kibum ah” kata Donghae yang menghampiriku

Aku mundur dari posisiku. Takut.. aku takut..

“Jangan sentuh aku!” teriakku sambil menepis tangannya yang mendekatiku. Aku langsung berlari menuju pintu kamar

“Tunggu! Jangan pergi Kibum ah!” aku tidak peduli lagi dengan ucapan Donghae. Kubanting pintu dengan keras dan meninggalkan Donghae

BRAKKKK

.

.

‘Donghae menciumku.. apa yang harus kuperbuat? Aku menganggap Donghae sebagai sahabatku tidak lebih. Aku harus bagaimana? Apa yang harus kukatakan padanya?’ batinku

Ah.. kepalaku pusing memikirkannya. Aku merasakan jantungku berdetak keras.

‘Lebih baik aku tidur di kamar Ryeowook saja’ batinku

Aku menuju ke kamar Ryeowook.

“Kaing..kaing..”

Aku mendengar suara Bada di balik pintu dapur. Dan lagi, suara cakaran Bada di pintu yang seakan-akan meminta keluar

Kubuka pintu dapur

Klekk

Bada muncul dari pintu. Ekornya mengibas-ibas dengan cepat.

“Sini Bada..” panggilku

“Ung..ung..” Bada seperti ingin bermanja-manja padaku. Kugendong dia.

Aku terkejut melihat ada bekas noda darah yang menempel di piyamaku. Kutatap kaki Bada, tidak ada… Bada tidak terluka.

Tunggu.. perasaaanku tidak enak.

Aku lekas ke kamarku.

“Donghae!?” mataku langsung membulat melihat Donghae. Kedua pergelangan tangannya berdarah! Banyak sekali darah yang mengalir dari goresan di pergelangan tangannya

“Kibum.. saranghae.. saranghae Kibum.. arraeso? Aku tak bisa hidup tanpamu..” kata Donghae sambil menangis. Tak lama, Donghae terkapar di lantai

“Donghae! Donghae!” teriakku cemas. Aku semakin cemas melihat keadaan Donghae yang mengenaskan

“Tolong! Umma! Appa! Ryewook! Tolong Donghae!” aku berteriak memanggil keluargaku

Tak lama kemudian anggota keluargaku datang ke kamarku. Mereka terkejut melihat Donghae yang bersimbah darah. Appa langsung menelpon ambulans dan membawa Donghae ke rumah sakit.

OOOooooOOOooo

AUTHOR POV

Esoknya

“Untung saja anda membawa pasien dengan cepat, Tuan Lee. Jika tidak, pasien nyaris tewa kekurangan darah” jelas dokter

“Dia baik-baik saja kan dok?” tanya Bibi Eunhyuk

“Ya.. kami akan berusaha untuk menyembuhkannya. Anda jangan cemas” kata dokter

“Terima kasih dokter”

“Kibum ah, terima kasih telah menolong kerabat kami.. maaf merepotkanmu” hormat bibi Eunhyuk

“Nggak apa kok bi.. Aku melakukannya demi sahabatku” enggan Kibum

“Kibum ah, kemari sebentar” Eunhyuk menarik Kibum keluar

Kibum hanya pasrah ditarik Eunhyuk keluar dari gedung rumah sakit

.

.

“Kau tak dengar apapun dari Donghae?” tanya Eunhyuk

“Eh?”
“Alasan dia bunuh diri”

Kibum mengingat kembali kejadian semalam. “Oh..tidak..” bohong Kibum.

“Begitu ya.. Dia memang agak sulit didekati. Yang bisa dekat dengannya kan hanya kamu” kata Eunhyuk

Kibum Cuma bisa diam mendengar ucapan Eunhyuk. Dia merasa bersalah karena dia sudah berbohong pada pacarnya sendiri

“Kibum?”

“Ya?” jawab Kibum

“ Mungkin nonton hari ini ditunda saja dulu. Lebih baik kita menggantikan harinya saja” kata Eunhyuk sambil tersenyum

“Ah.. um” Kibum mengangguk kepalanya

Dibalik itu, Donghae memperhatikan kedua orang itu dibalik tirai jendela dengan tatapan cemburu

ENAM HARI KEMUDIAN

“Untung bisa cepat keluar dari rumah sakit. Jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi Donghae.” Nasehat Bibi Eunhyuk

Sedangkan Donghae tidak mendengarnya dan sibuk melihat di balik kaca taksi

“Kamu dengar Donghae?” tanya Bibi Eunhyuk

“I..Iya..” kata Donghae

Donghae kembali sibuk melihat di balik kaca taksi. Rupanya, dia melihat Eunhyuk dan Kibum yang sedang berkencan di jalan. Donghae cemburu, cemburu pada Eunhyuk. Dia hanya bisa mengutuk pemandangan itu

SEMINGGU KEMUDIAN

KIBUM POV

“ Aku pulang” kataku setelah menutup pintu

“Selamat datang. Kibum ah, Donghae datang tuh.. sekarang dia ada dikamarmu” kata Umma

“Benarkah?” Dikamarku?” tanyaku pasti

“Iya.. kesana gih”

“Iya umma” kataku.

Aku menaiki tangga dengan terburu-buru. Sudah lama aku tidak melihat Donghae lagi. Aku kangen padanya.

Klekk

“Donghae?” pnggilku

“!!!!!” aku terkejut. Kamarku berantakan. Semua barang dikamarku berserakan dimana-mana. Aku memandang horror pada Donghae yang memgang sebuah buku

“Kenapa kau lakukan ini?” emosiku

“Foto Eunhyuk, surat Eunhyuk, Baju yang sama dengan Eunhyuk, dan ini buku yang dipinjam dari Eunhyuk bukan?”kata Donghae yang merobek buku pinjaman dari Eunhyuk.

“Hentikan!” aku langsung mengambil barang pemberian Eunhyuk. Kutatap tajam Donghae.

“Aku bisa mengerti kenapa umma membunuh appa” kata Donghae dengan datar

‘Apa yang dikatakannya?’ batinku.

“Umma begitu mencintai appa, tapi appa mengkhianati umma dengan berselingkuh. Karena itu umma tidak memaafkan appa!” teriakknya dengan tatapan dingin. Lalu dia keluar membanting kamarku

Aku terdiam. Aku membereskan kamarku yang berantakan sambil menangis.

Tega sekali dia terhadapku. Kuhapus air mataku dan kembali membereskannya

Takut.. aku takut..

Aku takut pada Donghae!

AUTHOR POV

“Pagi Kibum” sapa Eunhyuk

“Ah Eunhyuk.Pagi..” balas Kibum

“Hari ini hari pertama masuk sekolah sesudah liburan semester kan? Hah… kuharap semester baru ini cepat selesai” kata Eunhyuk

“Kau ini..” Kibum tertawa

“Memang benar kok. Kalau semester baru ini selesai, kita kan bisa liburan berdua” goda Eunhyuk

Wajah Kibum merona “Apaan sih?” Kibum memukul Eunhyuk dengan tasnya

“Aduh..aduh…” Eunhyuk hanya bisa pasrah menerima sentuhan maut dari pacarnya

“Lihat! Ternyata benar. Keduanya pergi ke sekolah sama-sama” kata Henry sambil memperhatikan KiEun dibalik jendela kelas

“Hah? Bukannya Eunhyuk tunangannya Donghae?” tanya Heechul, sang raja gosip *behh….pagi2 kok pada nge gossip ==”*

“ Itu kan keputusan sepihak dari keluarga Eunhyuk. Kalau Eunhyuk tidak suka, apa boleh buat. Lagipula aku tidak tertarik pada Eunhyuk” kata Donghae-pura-pura- sedih

“Kau lihat balutan tangan Donghae? Mungkin ini karena Kibum” bisik Zhoumi kepada temannya

“Ngaco ah, tidak mungkin.” Kata Shindong

“Lagi pula Donghae lebih cocok dengan Eunhyuk” celetuk Siwon

“Iya.. nggak cocok banget ma Kibum. Kurasa Donghae pasti shock. Teman dekatnya merebut tunangannya sendiri” lanjut Heechul

“Kasihan…” iba mereka

TENGG TENGG

Bel masuk berbunyi

Kibum memasuki ruang kelasnya. Dia memandang bingung dengan teman kelasnya. Dia merasa dia diperhatikan .

‘Apa Cuma firasatku aja?’ batin Kibum

“Kita mulai pelajarannya. Sebelumnya kumpulkan tugas semester kalian” kata Hankyung seonsaeng

Semua siswa mengeluarkan buku tugasnya

‘Lho? Bukuku hilang? Nggak mungkin ah, aku yakin sudah kumasukkan kedalam tas’ batin Kibum yang mencari didalam tasnya

“Kibum-si? Kau tidak siap tugasmu?” tanya Hankyung seonsaeng

“Sudah pak, suwer.. Tugasnya sudah kuselesaikan, tapi tiba – tiba bukunya hilang” kata Kibum

“Alasan.. bilang saja belum siap. Berdiri di koridor kelas. Saat istirahat temui saya” Kata Hankyung seonsaeng*kejam amat lu hyung *

“ Ba-baik”

.

.

TENG TENGG

Bel isirahat berbunyi

“Apa benar kau sudah membawanya Kibum-ssi?” interogasi Hankyung seonsaeng

“Iya! Saya yakin pak. Mungkin ada yang mengambilnya” jelas Kibum

“Tunggu dulu.. tak baik menuduh orang.” Hankyung seonsaeng menghela nafas.” Kau ini.. lagi-lagi buat masalah ”

“Eh?” Kibum kaget

“Ah.. anu..”

“Hankyung seonsaeng, bukannya seharusnya dipastikan dulu pada orang yang bersangkutan?” kata Yesung seonsaeng

“Benar juga” Hankyung seonsaeng mengambil sebuah surat. “Nilai semester kamu akhir-akhir ini bagus. Tidak seperti biasanya kau begini. Saya bukan curiga kepadamu, tapi ada surat yang mengatakan bahwa kamu menyontek” jelas Hankyung seonsaeng sambil member surat itu pada Kibum

Kibum membaca isi surat itu ‘Ini mirip dengan tulisan Donghae!’ batinnya

“Apa benar kau menyontek, Kibum-ssi?” tanya Yesung seonsaeng

“Tidak pak! Saya nggak menyontek. Sa-“

“Yesung seonsaeng, Kibum tak mungkin menyontek” ucap namja dibalik pintu kantor guru

“Donghae?” sahut Kibum

“Saya yang mengajarinya sampai larut malam! Jadi tidak mungkin dia menyontek!” teriak Donghae

“Donghae-ssi, bapak mengerti. Tolong kecilkan suaramu, ini di kantor. Kalau memang betul diajari Donghae-ssi tentu tidak mungkin. Maaf sudah mencurigaimu. Kalian berdua boleh keluar” kata Hankyung seonsaeng

“Baik..” Kibum dan Donghae keluar dari kantor

“Ne Kibum ah” panggil Donghae

“Jangan sentuh aku!” teriak Kibum. Kibum berlari ketakutan

KIBUM POV

Apa mau si brengsek itu? Aku yakin dia yang mengambilnya. Lee Donghae! Pasti kau! Aku benci! Aku yakin dia sengaja berbuat itu supaya dia bisa mendekatiku

Kruyukk~~
Perutku berbunyi. Kurasa cacing diperutku sedang menari bonamana minta jatah makan. Lebih baik aku ke kantin saja

At Kanteen

Suasana di kantin sangat ramai. Dan juga padat antrian, ternyata bukan hanya aku saja yang kelaperan.

“Lama~ cepetan dong Kyuhyun ahjussi. Waktu istirahat hampir selesai~” protes salah satu siswa di antrian, Sungmin

“Sabar sedikit! Ini sudah semaksimal gw!” marah Kyuhyun ahjussi ” Makan saja yang sudah dibagikan dulu. Di dasar panci ini, ada apa sih? Kok keras sekali” katanya

Berisik sekali… ah masa bodo. Yang penting gw makan

Setelah lama menunggu, akhirnya aku dapat jatah juga. Aku mencari tempat duduk.

“Eh, kok rasanya aneh sekali sih?” kata Sungmin

Aku mendengar ucapan Sungmin. Kucoba makanannya dengan hati-hati

“Ukh…”mualku

Rasanya aneh.. seperti rasa darah

“Apa ini? Kok ada benda seperti ini di dalam panci?” kata Kyuhyun ajhussi yang menemukan sebuah kalung didalam panci

Tunggu dulu.. kalung itu sangat familiar bagiku

Karena penasaran dengan isi dasar panci,Kyuhyun ahjussi mengeluarkan isi panci di baskon

“GYAAAAA!!!!” teriak siswa setelah melihat isi panci itu

Ternyata ada sebuah mayat hewan berkaki empat tanpa kepala didalamnya

“GYAAAA!!!! Hoekk hoekk” para siswa histers dan muntah

Aku mengambil kalung yang ditemukan Kyuhyun ahjussi. Mataku membulat melihat kalung itu,

“Ini… kalung Bada” tanganku gemetaran

Aku masih nggak percaya. Aku bergegas pergi ke telepon umum sekolah

‘Oh Tuhan..semoga bukan Bada’ doaku

“Halo? Umma? Ada Bada dirumah? Hah? tidak ada? Cari seisi rumah umma! Tolong cari Bada! Aku akan pulang secepatnya!”

BRAKK

Kubanting ganggang telepon dengan keras. Aku berlari menuju loker sepatuku.

“Auw!” ringisku. Ada jarum di kenop lokerku. Aku tidak peduli, kubuka lokerku

DEGGGG

Aku melihat potongan kepala Bada tepat di atas sepatuku. Nggak mungkin, ini pasti mimpi. Bada nggak mungkin mati!

Aku shock. Tiba-tiba Pandanganku memutih dan akupun pingsan

.

.

.

“ukhh” kubuka mataku

‘Dimana ini?’Kupandang sekelilingku. Ternyata aku di klinik sekarang.

“Bada…” aku kembali menangis

“Kasihan Bada. Kalau Kibum menerimaku, tentu Bada nggak akan mati dengan cara begitu”

Suara ini…

Aku langsung bangkit dari tidurku

Lee Donghae!

“Ja-jadi kau yang…” Aku nggak percaya

“Tepat. Kenapa kau nggak mengerti? Aku menyukaimu.. aku mencintaimu..Aku nggak bisa hidup tanpamu Kibum” tangan Donghae mendekatiku

PLAAKKK

Kutepis tangannya

“Menjauh dariku! Keluar!” teriakku

Donghae membalasku dengan tatapan dingin. Takut.. aku takut melihat tatapannya

“Apa boleh buat.. Kalau begitu, mulai sekarang akan kurebut semua orang yang kau sayangi. Akan kurebut semua.” Kata Donghae dengan senyum membunuh

Eh?

Donghae berjalan kearah pintu “Akan kurebut semua. Termasuk Eunhyuk. Kalau Eunhyuk tidak ada, kau pasti akan beralih padaku” ucapnya sambil menutup pintu

TBC

Revieww~~~~